Ratusan suporter sepak bola yang tergabung dalam lima belas komunitas tak mau ketinggalan menebar kebaikan di bulan suci Ramadhan. Momen Ramadhan mereka manfaatkan untuk menggelar kegiatan bertajuk Football for Humanity.
Aktifitas tersebut dipusatkan di Gedung Wisma Karya pada 1 Maret 2023 dengan rangkaian lima kegiatan. Diantaranya berbagi makanan dan takjil, streetfeeding, operasi semut, buka bersama, dan ditutup dengan diskusi.Salah satu anggota suporter, Ilyas (23), mengatakan tema Football for Humanity diambil dengan tujuan mengikis stigma negatif terhadap para suporter bola.
“Tidak hanya sekadar berbuka puasa bersama. Ini jadi momen silaturhami antar suporter se-Kabupaten Subang. Selain itu kegiatan kemanusiaan juga jadi titik tumpu. Selama ini masyarakat memberikan stigma buruk kepada suporter, kami pastikan itu tidak benar,” jelasnya.
Lima belas komunitas yang ikut bergabung pada acara tersebut berasal dari berbagai wilayah di Kabupaten Subang. Mulai dari Subang bagian barat, Subang bagian utara, Subang bagian timur, Subang kota, dan Subang bagian selatan.
Para suporter mengawali kegiatan dari Wisma Karya dan berkeliling Pasar Pujasera, Tugu Lampu Satu, Alun-alun Subang, dan kembali ke Wisma Karya untuk berbuka puasa bersama.
Acara dilanjutkan dengan kegiatan diskusi antar suporter. Dari diskusi tersebut terungkap kekecewaan suporter terhadap kelanjutan pembenahan Stadion Persikas Subang yang belum kunjung selesai.
“Hampir semua suporter greget melihat stadion yang tak kunjung beres, paling tidak berikan kejelasan tenggat waktu kapan stadion akan dapat digunakan,” ucap Ilyas.
Selanjutnya aliansi suporter sepak bola Subang tersebut juga berencana membuat press rilis terkait sikap dan keresahan mereka terkait kondisi Stadion Persikas Subang.
“Jika tak kunjung ada respon, kami terpaksa akan turun ke jalan. Bagaimana lagi supaya dapat jawaban dan respon dari pihak terkait?” ujarnya.
Selain membahas mengenai kondisi Stadion Persikas, ratusan suporter ini juga berdiskusi mengenai kekerasan antar pelajar di ranah suporter.
“Belajar dari peristiwa Kanjuruhan Malang, sudah saatnya sepak bola tidak dikotori dengan aksi kekerasan,” pungkasnya. (clue)