SUBANG— Kasus DBD di Kabupaten Subang ditetapkan statusnya menjadi Kejadian Luar Biasa (KLB).
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Subang, di bulan Januari tahun 2024, total 374 kasus dengan 3 kematian.
Dibanding periode yang sama di Januari 2023 hanya 40 kasus tanpa kematian. Naik 9,3 kali lipat. Tertinggi Kecamatan Pegaden Barat 56 kasus, Jalancagak 53 kasus, Cipunagara 40 kasus, Kasomalang 39 kasus, Palasari 25 kasus.
“Pemerintah sudah melakukan koordinasi. Tanggal 8 januari, (saat terjadi peningkatan) kita membuat surat edaran internal untuk meningkatkan pengawasan,” ujar dr. Maxi, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Subang.
Berdasarkan pengamatan Cluetoday, angka kematian akibat DBD versi Dinkes tersebut tidak termasuk korban meninggal DBD yang tidak terdata Puskesmas atau Dinkes. Di Desa Sagalaherang Kaler misalnya, seorang anak berumur 3 tahun meninggal dunia setelah mengalami kejang akibat panas tinggi akibat DBD. Hal ini memicu kepanikan warga sekitar karena ada beberapa warga lain juga yang terkena DBD. Warga meminta pemerintah untuk cepat mengambil langkah.
Seperti diketahui, dalam satu bulan tiga orang meninggal dari Cipunagara, Cikalapa, dan Jalancagak. Menanggapi hal tersebut, Kadinkes Subang mengakui, penanganan kejadian ini tidak bisa diselesaikan oleh satu pihak, perlu lintas sektor.
Menurutnya, akar penyebab kejadian ini adalah nyamuk Aedes Aegypty dan Aedes Albopictus serta cuaca El Nino yang mempercepat tumbuh kembang nyamuk.
“Untuk memutus mata rantai ini, hari ini, Pj. Bupati akan tanda tangan surat edaran Bupati yang berisi langkah-langkah yang akan dilakukan oleh pemerintah, termasuk pembentukan Kelompok Kerja Operasional (Pokjanal) DBD tingkat Kabupaten sampai desa,” kata dr. Maxi.
Lanjutnya, masing-masing kepala dinas akan memegang satu kecamatan untuk melakukan monitoring pemberantasan sarang nyamuk melalui kegiatan Bulan Bakti Gotong Royong Pemberantasan Nyamuk selama empat minggu, dari februari sampai awal maret. Ia yakin, waktu empat minggu ini bisa memutus penyebab DBD.
“Harapannya ini menjadi budaya, (misalnya) setiap hari jum’at kita bersih-bersih lingkungan maupun tempat penampungan air,” ungkapnya.
Ia juga mengatakan, bahwa nyamuk senang hidup di wadah-wadah yang dasarnya bukan tanah. Seperti, pohon bambu yang bekas dipotong, plastik.
Selain kegiatan Bulan Bakti Gotong Royong Pemberantasan Sarang Nyamuk, pihaknya sedang menyiapkan Larvasidasi, yaitu pembagian bubuk abate untuk membunuh jentik nyamuk di 10 kecamatan kasus tertinggi. Terakhir, melakukan fogging untuk membunuh nyamuk dewasa.
“Entah mulai jum’at lusa atau jum’at depannya lagi, kita sedang bicarakan dengan Asda 1,” tambahnya.
Ia menjelaskan, DBD memiliki beberapa gejala. Seperti badan panas sekitar 2-7 hari, badan sakit dan lemes, sakit tulang dan belakang bola mata, manifestasi pendarahan di kulit. Dirinya menghimbau masyarakat tidak usah panik.
“Kalau sudah ada gejala, langsung datang ke fasilitas kesehatan terdekat. Puskesmas sudah mempunyai NS1 Test untuk mengetahui DBD,” jelasnya. (clue)