SUBANG – Ujang Sutrina atau kerap dipanggil Ucok, lahir di Jalancagak pada 04 Maret 1964. Bapak dua orang anak ini, di masa senja karirnya sebagai abdi negara, ia menduduki jabatan sekretaris dewan (Sekwan) DPRD Subang.
Ia terlahir dari keluarga tidak mampu. Ayahnya pensiunan polisi berpangkat rendah dan ibunya pedagang.
Sejak SD, Ucok kecil sudah biasa membantu ibunya berjualan. Biasanya, Ucok selepas pulang sekolah keliling kampung dan terminal untuk menjajakan jagung rebus ibunya. Hal itu Ia lakukan untuk membantu ekonomi keluarganya.
Pun ketika Ia SMP, disaat teman-temannya menunggu jemputan kendaraan pulang sekolah, Ucok sudah memegang baskom yang berisi dagangan yang jual keliling.
“Saya lahir bukan dari keluarga orang kaya. Hidup saya prihatin. Tapi dari situ saya bisa mandiri sampai sekarang,” ujar Ujang Sutrina di kantornya, eksklusif kepada Cluetoday (13/03).
Setelah menghabiskan masa sekolah SD-SMP di Jalancagak, Ucok melanjutkan pendidikannya ke SMEA PGRI Subang. Untuk membayar biaya sekolah, Ucok remaja harus membuka Jongko Nanas sendiri. Tempat jualan buah nanas. Selain jadi tempat jualan, Jongko itu dijadikan Ucok tempat tinggal. Ia berangkat sekolah dari Warung jongko Nanas, pulangpun ke Jongko Nanas di Jalancagak.
Setelah lulus, Ia melanjutkan pendidikan ke bangku kuliah di Universitas Subang (Unsub).
Perjalanan Karier Birokrat Ujang “Ucok” Sutrisna
Pada 16 Agustus 1967 di depan Sidang DPR-GR, Presiden Soeharto berpidato. Dalam pidatonya, Soeharto memberi perhatian khusus pada usaha-usaha pembatasan kelahiran dengan konsepsi keluarga berencana. Lahirlah Lembaga Keluarga Berencana Nasional (LKBN). Sekarang menjadi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).
Tahun 1986, BKKBN mengadakan seleksi untuk menjadi penyuluh KB. Nantinya, peserta yang lolos seleksi akan ditempatkan di kecamatan-kecamatan. Ucok mendaftar seleksi. Dan akhirnya dinyatakan lolos untuk penempatan di Kecamatan Cipunagara.
Setiap hari ia harus turun ke desa melakukan penyuluhan kepada akseptor KB. Sebutan bagi anggota masyarakat yang ikut program KB.
“Saya harus keluar masuk desa setiap hari menciptakan akseptor KB,” ujar Ucok mengenang masa itu.
Setelah itu, Ia ditugaskan ke kecamatan Pusakanegara, Sagalaherang, dan Jalancagak. Hingga tahun 1998, Ia diangkat statusnya menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Perubahan keadaan politik di tahun 2003, dimana terjadi penggantian Bupati Subang dari H. Rohimat ke Eep Hidayat, berdampak ke karir Ucok. Ia masuk ke posisi jabatan yang “dekat” dengan Bupati, yaitu Humas dan Protokol. Satu tahun di jabatan tersebut. Hingga Ujang ditugaskan sampai tahun 2006 membantu kecamatan menjadi Kasie. Pemerintahan Kecamatan Legonkulon. Setiap hari menempuh dua jam perjalanan ke utara Subang.
Setelah mengabdi bagi warga Kecamatan Legonkulon, Ujang ditarik lagi ke kota menjadi Kasubag Kesra Bagian Sosial. Dan dari tahun 2008-2018 beragam pos jabatan sudah ia duduki. Mulai Kasie. Pembinaan dan Pengembangan Perpusda, Kasubag Rumah Tangga Pemda, Kabag Sosial Pemda, Sekretaris Dinas Peternakan, Kepala Kantor Kesbangpol, Kepala Kesra Bagian Sosial. Hingga akhirnya, Ujang promosi ke eselon 2 sebagai Staf Ahli Bidang Pemerintahan.
Setelah jabatan staf ahli, Ucok ditugaskan menjadi Sekretaris Dewan DPRD Kabupaten Subang sampai ujung karirnya sebagai birokrat.
Ia tidak menyangka perjalanan karirnya sebagai birokrat bisa sukses. Ucok masih ingat, dulu Ia sering memakai baju bekas Asep Setia Permana, Kadishub Subang. Saat masa sekolah, Asep yang berasal dari keluarga mampu, tinggal di rumah Ucok. Baju-baju bekas Asep dipakai Ucok. Dan sekarang keduanya menjadi pejabat teras di Subang. Ucok pun tidak menyangka karirnya bisa satu level dengan Asep.
Memori dan Capaian Hasil Pengabdian Ujang bagi Subang
Pria yang suka memakai topi Flat Cap ini, mengatakan dalam momen karirnya selalu menorehkan hasil.
Saat menjadi Kabag Kesra di rentan 2006-2008, dirinya mengadakan sunatan masal. 5 ribu anak di Subang ikut sunatan masal. Baginya, kegiatan tersebut pencapaian luar biasa. Karena di tengah krisis ekonomi masyarakat. Belum pernah diadakan sebelumnya sebanyak jumlah peserta tersebut.
Penanganan peristiwa Banjir di Sukakerti, Cisalak tahun 2016 silam. Dia masih ingat saat para pejabat terkait kebingungan. Saat itu, ada opsi solusi yang muncul: relokasi dengan pengadaan lahan.
“Waktu itu para pihak bingung, karena pemerintah wajib hadir. Saya tawarkan solusi titik temu yang ternyata memuaskan semua pihak, termasuk warga. Karena harus cepat dan tepat,” kata Ucok.
Termasuk ketika menjadi Sekwan, sebagai birokrat yang terikat kode etik, Ujang harus berdiri di dua kaki. Karena Sekwan menjadi jembatan dua kutub, Politik dan Birokrasi.
“Saya ditugaskan Bupati sebagai Sekwan untuk menjaga kondusifitas politik, keamanan, antara birokrat dengan politisi. Banyak hal yang harus saya perbaiki, dimulai menata ASN, transparansi, dan komunikasi dengan berbagai pihak,” kata Ucok.
Saat ia masuk menjadi Sekwan, Ia harus menyelesaikan Tuntutan Ganti Rugi (TGR) BPK maupun perubahan status ketua DPRD menjadi anggota. Selain itu, penggunaan teknologi dalam tata kelola anggaran DPRD Subang digunakan.
Ucok beralasan, itu dipilih agar lebih aman dan mengurangi potensi penyalahgunaan anggaran.
Melalui teknologi, anggaran DPRD lebih transparan dan bisa terpantau. BPK pun sudah memeriksa sistem keuangan anggaran DPRD Subang.
“Saat melakukan kunjungan ke luar daerah, itu bawa cash. Khawatirnya terjadi hal-hal bahaya. Saya kumpulkan para Kabag. Saya pengen metode keuangan diubah ke digital. Dan kami sepakat untuk tidak ada pembayaran tunai. Sudah diperiksa BPK. Sekarang tidak ada uang tunai beredar di sini,” kata Ucok.
Ujang “Ucok” Sutrisna akan resmi pensiun sebagai PNS pada 1 April 2024.
Terkait aktivitas pasca pensiun, Ucok mengatakan masih melihat kondisi. Ucok dirumorkan akan membidik wakil bupati di Pilkada 2024 nanti.
“Saya kemarin masuk survei Poltracking, urutan kedua. Sekarang lihat dulu situasi kondisi,” kata Ucok.
Bagi Ucok, capaian kesuksesan perjalanan karirnya tidak terlepas dari kedua orangtuanya. Saat masa muda, Ujang diberi kebebasan untuk bermain dan bergaul dengan siapapun. Sehingga, Ia memiliki banyak teman dan jaringan.
“Pola asuh orangtua memberi kebebasan saya bermain, bergaul dengan siapapun. Pesannya (orangtua) sederhana, didik anak-anakmu sebagaimana dulu mendidikmu,” kenang Ucok. (Clue)