SUBANG – Siap terbang ke Malaysia, 6 mahasiswa Stiesa Subang berhasil menjadi finalis dalam International Business Plan Competition. Babak final ini akan digelar pada 24 – 28 Juli di Universiti Sains Islam Malaysia (USIM)
Ajang international tersebut diprakarsai oleh ADAI-Universiti Sains Islam Malaysia (USIM) dan Association Asia Pasific Academicion (AAPA).
Kepala bidang kemahasiswaan Stiesa, Tigin Lugiani menyebutkan pencapaian tersebut merupakan bukti bahwa kampus mensupport segala bentuk kegiatan yang dapat mengasah kemampuan soft skill dan hard skill.
“Kita punya mata kuliah bisnis plan tersendiri, umkm, kewirausahaan, karna di bisnis itu ada manajemen juga, keuangan juga, pokoknya semua kompleks,” katanya.
Sementara itu, Estu Widarwati, dosen yang merupakan dosen pembimbing dalam lomba tersebut mengaku hanya perlu memoles ide bisnis yang telah dimiliki para mahasiswa.
Awalnya terdapat 5 tim yang diikutsertakan dengan berbagai project bisnisnya dari mulai kuliner, IT, agribisnis, hingga handycraft. Dari 5 tim tersebut, 2 diantaranya lolos ke babak final yaitu bisnis “SeratQ” dan “Bibit Taryana”.
“SeratQ itu dia dari serat kulit nanas dibuat tas, jam tangan, anaknya udh menekuni dari SMA, kita poles lagi, kita tambahin, satu lagi jual beli bibit,” papar Estu.
Persiapan yang dilakukan untuk mengikuti ajang tersebut hanya berkisar satu bulan untuk menyiapakan analisis usaha, manuscript hingga video yang diunggah di Youtube. Estu menyebutkan babak tersulit yang dialami adalah babak semi final menuju final.
“Babak tersulit dari babak semi final ke final. Karna mungkin ini juga pressure dari panitia sendiri, Dari submitt ke semi final agak longgar, Dari semi finalis ke finalis hanya 2 minggu. Anak – anak sambil juga kerja sambil juga kuliah,” ungkapnya.
Namun, tantangan tersebut berhasil dilalui. Hal yang diterapkan ke mahasiswa adalah hanya terus berfokus mengikuti persyaratan tanpa terdistrak oleh lawan dari berbagai universitas.
Adanya lomba tersebut dijadikan momentum bagi stiesa untuk menunjukan taringnya di kancah international.
“Anak – anak (yang mengikuti lomba) ini sudah ada bisnisnya, bukan hanya rencana tetapi sudah dijalankan, Kita ikut (perlombaan) international baru sekarang, alhamdulillah langsung lolos,” papar Estu.
Estu menekankan, video yang ditampilkan harus mencakup 3 point penting, eksplore Subang, UMKM dan Stiesa.
“Mengenalkan, eksplore Kota Subang, karena produk mereka itu udah eco – industry, masuk juga ke green industry, di video itu saya minta ada Subang dan stiesa,” tandasnya.
SeratQ, Ide Fashion Unik yang Eco – Friendly
Tim SeratQ membawa nanas Subang untuk diperkenalkan di ajang international ini. Ide bisnis yang telah dijalankan sejak mereka SMA tersebut merupakan bisnis eco – industry yang dewasa ini mulai banyak digandrungi dunia industri karena ramah lingkungan.
Serat yang terdapat pada daun nanas akan diproses menjadi helaian menyerupai benang, kemudian dipilin – pilin hingga membentuk sesuai keinginan. Dari helaian tersebut dapat menghasilkan berbagai bentuk kreasi seperti strap jam tangan dan tas.
Tim seratQ terdiri dari Erika, Nisa dan Rafi yang sama – sama masih semester 6. Mereka berharap, rancangan bisnis mereka akan dilirik oleh industri fashion.
“Ada sih harapan kaya dilirik sama perusahaan fashion,” kata Erika, pemilik ide bisnis SeratQ.
Bisnis tersebut ramah lingkungan, memanfaatkan limbah untuk didaur ulang dan menghasilkan produk yang dapat diurai alam.
“Kita sering melihat dijalanan, penjual nanas itu biasa membuang daun nanas hingga menumpuk,” kata Nisa.
Selain itu, karena bahan Baku yang sangat “Subang sekali”, mereka berharap dapat membawa Subang lebih dikenal lebih luas lagi.
Ajarkan Berkebun Hingga Tuntas
Rancangan bisnis lainnya adalah bisnis penjualan bibit tanaman. Bisnis tersebut milik Yayan dan telah berjalan sejak dirinya di bangku SMA. Yayan menamai bisnisnya dengan nama “Taryana Bibit”.
Yang berbeda dengan usaha lainnya, “Taryana Bibit” bukan hanya menjual bibit tanaman, tapi menjual jasa bimbingan bercocok tanam yang disebut “JBCB” atau Jasa Bimbingan Cara Berkebun. Sehingga konsumen tidak perlu takut untuk memulai karena dibekali pengetahuan. Tim ini terdiri dari Yayan, Kharisma dan Novi.
Kharisma, teman satu tim Yayan pada awalnya sempat tidak percaya diri ketika ditawarkan untuk bergabung dalam tim. Namun, dengan bimbingan dari dosen, ia akhirnya menemukan keunikan tersendiri dari bisnis yang telah memiliki nilai provit tersebut.
“Awalnya kita gak terlalu berekspektasi apapun, bibit apa sih yang bisa ditonjolkan, tapi ternyata banyak hal yg bisa kita ulik, karena dimbimbing juga kita jadi, oh iya bibit itu tidak bisa dipandang sebelah mata,” kata Kharisma.
Meskipun telah dipasarkan ke seluruh Indonesia, Yayan tak berharap banyak bisa melangkah ke tahap ini. Hingga dinyatakan lolos final, Yayan dan teman – teman masih merasa tidak percaya.
Selama menekuni bisnis tersebut, dirinya mendapat kendala berupa ketidakpercayaan konsumen. Bukan dari sisi produk, namun kebanyakan konsumen memandang sebelah mata karena Yayan masih sangat muda untuk menekuni bisnis bibit tanaman, padahal berbagai kerja sama telah dilakukan.
Dalam moment hari bumi atau earth day salah satunya, yayan menjadi supplier yang memasok ribuan bibit tanaman.
“Bibit itu identik sama orang dewasa, kita gabisa nunjukin umur kita segini, soalnya pernah kejadian cod di Indramayu, kok ternyata anak – anak ya, jadi Yayan gabisa nunjukin yang punya bisnis itu Yayan,” tutur Yayan.
Karena permasalahan usia, Yayan seringkali meminta tolong kerabat lainnya saat menemui konsumen. Karena dijalankan oleh generasi muda, bisnis bibit bahkan didorong dengan teknologi digital. Saat ini, akun Instagram “Bibit Taryana” telah memiliki 19 ribu pengikut Instagram dan terjual laris di marketplace.
Bersaing dengan 14 kampus lainnya, 6 mahasiswa tersebut akan dinilai oleh 8 juri yang berasal dari 5 negara yaitu Indonesia, Vietnam, Thailand, Malaysia dan Brunei Darusaalam.
Berbagai usaha telah mereka lakukan untuk memaksimalkan potensi dan menaikan value.
Hal yang mereka harapkan adalah dukungan dan doa dari masyarakat Subang. Mereka berharap warga Subang juga mendukung mereka dengan menonton video karyanya di kanal YouTube untuk menambah penilaian juri.(sin/clue)