Reaksi Beragam Terhadap Video Wakil Presiden Gibran: Pujian, Kritik, dan Sindiran Mewarnai Respons Publik

JAKARTA – Wakil Presiden Indonesia, Gibran Rakabuming Raka, menghadapi kritik dari masyarakat Indonesia. Hal ini terlihat dari jumlah dislike yang mencapai lebih dari 22.000. Sementara jumlah like hanya sekitar 5.400 di video YouTube pribadinya yang berjudul “Generasi Muda, Bonus Demografi dan Masa Depan Indonesia.”

Dalam video berdurasi lebih dari 6 menit tersebut, Gibran menyampaikan pandangannya bahwa Indonesia saat ini berada pada momen penting di tengah berbagai tantangan global. Seperti perang dagang, geopolitik, dan perubahan iklim. Ia juga menegaskan bahwa sebagai negara besar, Indonesia harus terus berkembang, lincah, dan adaptif.

“Teman-teman, tantangan ini memang ada. Bahkan begitu besar, tapi yakinlah peluang kita juga jauh lebih besar,” ungkap Gibran Rakabuming Raka pada video yang di unggah pada Sabtu (19/4/2025).

Selain itu, Gibran juga menyampaikan dalam video YouTube tersebut bahwa lebih dari setengah atau sekitar 208 juta penduduk Indonesia pada rentang tahun 2030-2045 akan berada dalam usia produktif.

Menurutnya, ini merupakan peluang besar dan kesempatan emas untuk mengelola bonus demografi. Dalam video tersebut, ia juga mendorong generasi muda untuk mempersiapkan diri, memiliki impian besar, dan berani untuk melakukan terobosan. Ia mengingatkan generasi muda untuk beradaptasi dan menjadi pilar kemajuan.

“Sebuah kondisi yang terjadi hanya satu kali dalam sejarah peradaban sebuah bangsa. Kesempatan ini tidak akan terulang, di mana sekitar 208 juta penduduk kita akan berada di usia produktif. Agar bukan menjadi sekadar bonus, bukan menjadi sekadar angka statistik yang fantastis, tapi sebagai jawaban untuk masa depan Indonesia. Karena penentu di era kompetisi saat ini bukan siapa yang paling kuat, tapi siapa yang paling cepat belajar, cepat beradaptasi, dan cepat memanfaatkan peluang,” ungkap Gibran Rakabuming Raka.

Masyarakat Sibuk Menghitung Jumlah Dislike

Namun, meskipun narasi yang disampaikan oleh Wakil Presiden Indonesia tersebut cukup menarik, banyak masyarakat Indonesia yang justru lebih fokus mengomentari gestur dan gaya bahasa Gibran Rakabuming Raka dalam video monolognya.

Selain itu, alih-alih merenungkan pesan yang ingin disampaikan, warganet Indonesia malah sibuk menghitung jumlah like dan dislike pada video tersebut. Tak sedikit pula yang mengkritik kemampuan komunikasi publik Wakil Presiden Indonesia tersebut.

“Siapa yang Kesini cuma mau liat komen2 tp skip isi video nya coba cung,” tulis akun @deliyagendhis4245.

“aku sampe sini langsung pause vidoenya, lanjut ke sesi komentarnya, mantap,” tulis akun @NSaysSilly.

“bang fufufafa bikin teks naskah pake chatgpt apa gemini,” tulis akun @WildanKhatami23.

Reaksi Berbagai Pihak Terhadap Video Tersebut

Selain mendapatkan respons dari banyak warganet, video YouTube Gibran Rakabuming Raka juga menerima kritik tajam dari partai PDI Perjuangan. Deddy Yevri Sitorus, Ketua DPP PDIP, memberikan tanggapan terhadap video monolog tersebut dengan menyarankan Gibran untuk tidak hanya fokus pada pembuatan video, tetapi juga menunjukkan kinerja nyata.

Deddy khawatir bahwa Gibran akan mengabaikan tugasnya sebagai wakil presiden Indonesia jika terus membuat video seperti itu. Selain itu, Deddy juga melontarkan sindiran kepada Gibran, mengingat kesibukannya dalam berkreasi melalui video, mirip dengan Dedi Mulyadi, Gubernur Jawa Barat, dalam mencari eksistensi.

“Ya menurut saya sih jangan terlalu banyak bikin video lah ya. Kerja saja gitu lho. Bikin video terus, enggak habis-habis. Nanti sama kaya Pak Dedi Mulyadi lagi,” ungkap Deddy Yevri Sitorus di kompleks Parlemen Senayan, Jakarta pada Senin (21/4/2025), mengutip dari makassar.tribunnews.com.

Namun, tanggapan lain terhadap video ini juga datang dari Lili Romli, peneliti senior di Pusat Riset Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional. Ia menilai bahwa video monolog Gibran di persepsikan publik sebagai bentuk pencitraan belaka.

Penilaian ini muncul karena kemampuan Gibran dalam berbicara langsung di hadapan umum di anggap tidak sebaik penampilannya dalam video. Meskipun demikian, menurutnya video tersebut tetap memiliki potensi menjadi modal sosial dan politik apabila mendapat respons positif dari masyarakat.

“Seperti diketahui, bila berbicara secara langsung, tidak sebagus bicara secara monolog tersebut. Tentu kalau dianggap negatif, dianggap angin lalu saja, dianggap bagian dari pencitraan. Dengan disampaikan secara monolog, dengan tutur kata yang teratur dan sistematis, jika direspons positif oleh kalangan muda, tentu bisa menyedot perhatian dan simpati. Ini bisa menjadi modal sosial dan politik untuk Wapres ke depan,” ungkap Lili Romli.

Upaya Gibran Menarik Perhatian Publik

Selain itu, Lili menyampaikan bahwa pemilihan format video monolog oleh Gibran merupakan strategi yang sengaja untuk tampil aman dan membentuk citra diri. Ia juga menambahkan bahwa langkah tersebut menunjukkan upaya Gibran dalam menarik perhatian publik, mengingat pada umumnya seorang wakil presiden hanya menanti arahan dari presiden.

“Sebenarnya, sebagai wapres cukup menunggu tugas dari presiden, karena bagaimanapun posisinya sebagai pembantu. Tapi dengan video monolog itu, tampak Wapres ingin tampil dan menarik perhatian publik. Setiap pejabat politik, apalagi setingkat wapres, setiap tindakan dan ucapannya cenderung memiliki atau bermotif politik. Begitu juga publik cenderung akan menilai seperti itu, ada motif politik, tidak dalam ruang yang vakum. Oleh karena itu, setiap pejabat publik harus hati-hati. Tidak boleh salah dalam berucap dan bertindak, karena publik akan menilainya,” ungkap Lili Romli.

Selanjutnya, Lili kemudian berpendapat bahwa hal itu merupakan sesuatu yang lumrah, mengingat setiap pejabat publik pasti memiliki kepentingan politik. Namun, ia mengingatkan agar mereka tetap waspada dalam menyampaikan pernyataan maupun mengambil tindakan.(clue)

Baca juga : Presiden Prabowo Tunjuk Mensesneg Prasetyo Hadi Jadi Jubir Istana

Follow kami : https://www.instagram.com/cluetoday_?igsh=MWU2aHg0a3g2dHlvdg==

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *