Angka Putus Sekolah di Subang Tembus 19 Ribu Anak, HMI Gelar Simposium Cari Solusi

Subang–Angka anak putus sekolah di Kabupaten Subang yang menembus 19.000 jiwa menjadi keprihatinan serius. Fakta ini dinilai sebagai alarm bahaya yang harus segera dicarikan solusinya agar tidak berdampak pada membengkaknya angka pengangguran.

Didorong oleh kondisi tersebut, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Subang menginisiasi Simposium Kepemudaan di Auditorium Gedung Subang Creative Center, Kamis (30/10/25).

Ketua Umum HMI Cabang Subang, Annas Ahmad Laduni, menegaskan bahwa simposium ini digelar untuk merespons data yang memprihatinkan tersebut. Menurutnya, masalah pendidikan adalah akar dari persoalan kesejahteraan di Subang.

“Kondisi Subang saat ini, angka anak putus sekolah tercatat sebanyak 19 ribu anak. Ini adalah data yang tidak bisa kita abaikan,” tegas Annas dalam sambutannya.

Annas menyoroti bahwa belasan ribu anak yang kehilangan akses pendidikan berkualitas ini berkorelasi langsung dengan masalah sosial lainnya. “Dan yang lebih memprihatinkan lagi, (ini berdampak pada) angka pengangguran sampai di angka 60 ribu. HMI berinisiatif untuk merumuskan dan mencari solusi dari kondisi tersebut,” tambahnya.

Simposium bertema “Pemuda Subang Sebagai Katalisator Pembangunan Daerah: Sinergi Pendidikan dan Ketenagakerjaan untuk Kemajuan Daerah” ini secara khusus membahas perlunya “link and match” antara dunia pendidikan dengan dunia kerja.

Untuk mempertajam analisis, HMI menghadirkan tiga narasumber, yakni Kabid Kepemudaan Disparpora Subang Iin Indrawati, Anggota Komisi 4 DPRD Subang Zaenal Mutaqin, dan Sekretaris Umum MD KAHMI Subang Abdul Muid.

Para narasumber sepakat bahwa untuk menekan angka putus sekolah sekaligus angka pengangguran, pendekatan pendidikan vokasi dan pelatihan keterampilan yang relevan dengan kebutuhan industri lokal harus menjadi prioritas.

Zaenal Mutaqin, dari Komisi 4 DPRD, menyoroti pentingnya kebijakan anggaran dan regulasi yang berpihak pada peningkatan kualitas pendidikan. Sementara Iin Indrawati membahas peluang kolaborasi program kepemudaan yang dapat diarahkan untuk meningkatkan keterampilan (upskilling).

Dialog interaktif ini menyimpulkan perlunya penguatan sinergi segitiga antara pemuda (HMI), pemerintah daerah, dan dunia usaha. 

Ke depannya, HMI diharapkan menjadi mitra strategis dalam mengawal perumusan solusi, memastikan 19 ribu anak yang tercatat putus sekolah mendapatkan intervensi yang tepat agar memiliki masa depan yang lebih baik.

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *