Pandji Pragiwaksono Dikecam Usai Bercanda Soal Adat Toraja

Sumber foto: kompas.com

JAKARTA — Komika Pandji Pragiwaksono menuai kecaman keras setelah potongan video lawakannya viral di media sosial. Video berdurasi sekitar satu menit itu menampilkan Pandji membahas upacara adat Rambu Solo’ dengan gaya bercanda.

Candaan tersebut dianggap berlebihan dan menyinggung masyarakat Toraja karena menyentuh ranah budaya leluhur.

Dalam rekaman yang beredar luas, Pandji menyebut pemakaman Toraja bisa tertunda karena biaya yang tinggi. Ia juga menyinggung jenazah yang tersimpan berbulan-bulan di rumah sebelum proses pemakaman berlangsung.

Ucapan itu memicu kemarahan publik, terutama dari warga Toraja yang menilai budaya mereka dilecehkan.

Ketua Perhimpunan Masyarakat Toraja Indonesia (PMTI) Makassar, Amson Padolo, menyampaikan protes keras atas hal itu. Menurutnya, ucapan Pandji tidak mencerminkan kenyataan di masyarakat Toraja.

“Dua hal yang membuat kami terluka, soal kemiskinan karena adat dan jenazah di ruang tamu. Itu tidak benar,” ujar Amson, 2 November 2025.

Amson menjelaskan bahwa Rambu Solo’ merupakan bentuk penghormatan terakhir bagi keluarga yang berpulang. Tradisi itu bukan pesta besar yang membebani warga, melainkan wujud cinta dan penghargaan.

Ia menilai Pandji kurang melakukan riset sebelum menjadikan adat Toraja sebagai bahan lawakan.

Ketua Ikatan Keluarga Toraja Nusantara (IKATNus), Irjen Pol (Pur) Frederik Kalalembang, ikut memberikan tanggapan. Ia menyayangkan tindakan Pandji yang menjadikan adat sebagai bahan olok-olokan publik.

“Kalau benar video itu, sangat disayangkan karena bisa merembet ke mana-mana,” ujarnya.
Ia menegaskan bahwa komedi seharusnya tidak menjatuhkan kelompok budaya tertentu.

Sejumlah tokoh adat Toraja menuntut agar Pandji mendapat sanksi hukum adat atas ucapannya.

Beberapa organisasi masyarakat juga mempertimbangkan langkah hukum terhadapnya.
Warga menilai ucapan Pandji melanggar nilai penghormatan terhadap budaya leluhur.

Hingga kini, Pandji belum memberikan klarifikasi resmi mengenai kontroversi tersebut.
Warganet mendesak agar ia segera menyampaikan permintaan maaf terbuka kepada masyarakat Toraja.

Kasus ini kembali mengingatkan publik tentang batas antara kebebasan berekspresi dan penghormatan budaya. (clue)

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *