BALI – Pertumbuhan ekonomi Bali pada triwulan III 2023, menunjukkan kenaikan sebesar 5,35%. Namun berbanding terbalik dengan bidang pertanian yang mengalami kontraksi. hal ini diungkapkan BPS Bali pada Senin (6/11/2023).
Badan Pusat Statistik Bali mengungkapkan pertumbuhan ekonomi Bali meningkat namun, justru sorotan tertuju pada sektor pertanian yang mengalami kontraksi lebih besar, menciptakan dinamika dalam peta ekonomi pulau dewata.
Menurut statistisi ahli madya BPS Bali, Kadek Muriadi Wirawan, nilai ekonomi Bali pada triwulan III mencapai Rp. 69,63 triliun berdasarkan harga berlaku, mengalami lonjakan signifikan dibandingkan dengan Rp. 63,01 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Meskipun pertumbuhan ekonomi tercatat positif, lapangan usaha di sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan menunjukkan kontraksi sebesar 4,85%, melampaui angka kontraksi sebesar 2,60% pada triwulan II 2023.
Muriadi menjelaskan bahwa dampak kontraksi terutama dirasakan pada komoditas pangan. Musim kemarau dan ketidakmerataan musim panen, bersama dengan kondisi gelombang laut yang tidak kondusif, menjadi faktor utama penyebab penurunan tersebut.
“Ini terutama terjadi pada komoditas pangan. Karena musim kemarau dan musim panen tidak merata, sedangkan di perkebunan karena belum memasuki masa panen, dan sektor perikanan terpengaruh oleh kondisi gelombang laut yang tidak mendukung,” ungkap Muriadi.
Namun, Muriadi juga memberikan harapan dengan menyoroti peluang yang muncul dengan mendekatnya musim hujan.
Petani Bali diharapkan dapat memanfaatkan periode ini untuk mengoptimalkan potensi pertanian mereka dan mengurangi dampak kontraksi yang terjadi.
“Iya (ada harapan) itu karna memang salah satunya musim, dalam hal ini air kan penting, paling utama dalam melakukan proses pengolahan pertanian, kita berharap hasilnya itu,” pungkas Muriadi. (clue)