BALI – Langkah penyebaran nyamuk wolbachia sebagai solusi penanggulangan Demam Berdarah Dengue di Bali menuai kontroversial dikalangan masyarakat.
Siti Nadia Tarmizi, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan RI, mengakui adanya penundaan penyebaran nyamuk wolbachia di Bali.
Alasannya adalah kurangnya optimalisasi persiapan masyarakat dan sebagian pihak yang merasa belum mendapatkan informasi yang memadai tentang manfaat inovasi wolbachia.
“Penundaan lebih kepada kurang optimalnya penyiapan masyarakat, sehingga ada pihak yang merasa belum mendapat informasi yang sebenarnya,” ujar Nadia.
Penyebaran telur nyamuk wolbachia di Denpasar, Bali, ditunda karena dianggap memiliki dampak buruk bagi kesehatan masyarakat.
Wali kota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara, mengungkapkan bahwa mereka belum memiliki langkah konkret tanpa keputusan resmi dari Kementerian Kesehatan RI.
“Memang harapan dari banyak masyarakat ditunda dulu penyebarannya, bukan kami,” kata I Gusti Ngurah Jaya Negara.
Pemerintah Kota Denpasar menyatakan kesiapannya untuk melaksanakan penyebaran telur nyamuk wolbachia apabila prosesnya dilakukan oleh Kementerian Kesehatan RI.
“Apabila Kementerian Kesehatan yang nanti melaksanakan dan bukan pihak ketiga, baru kami akan berani melakukan penyebaran itu,” ungkap I Gusti Ngurah Jaya Negara.
Meskipun demikian, Siti Nadia Tarmizi menegaskan bahwa proyek penyebaran wolbachia sebagai pilot project akan tetap dilanjutkan ke daerah lain di Indonesia, sesuai keputusan Menteri Kesehatan RI.
“Ploting di wilayah lain tetap dilanjutkan, mengacu pada keputusan Menteri Kesehatan RI nomor HK.01.07/MENKES/1341/2022 Tentang penyelenggaraan pilot projects penanggulangan Dengue dengan metode Wolbachia,” tegasnya.
Sebelumnya, uji coba penyebaran nyamuk ber-wolbachia di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul pada tahun 2022.
Uji coba tersebut berhasil menekan kasus demam berdarah hingga 77% dan menurunkan proporsi dirawat di rumah sakit sebesar 86%. (clue)