BALI – Pasca viralnya kasus kematian Aldi Sahilatua Nababan, mahasiswa yang ditemukan tewas dalam kamarnya pada Sabtu (18/11/2023), perhatian masyarakat tertuju pada upacara Mecaru.
Kematian Aldi yang dianggap mencurigakan mengundang spekulasi seputar pelaksanaan upacara ini di tengah masyarakat Bali, terutama dalam kasus-kasus kematian yang dianggap tidak wajar, seperti pembunuhan.
Upacara Mecaru, atau dikenal sebagai Butha Yadnya, merupakan ritual suci yang kerap diadakan untuk menyelaraskan hubungan manusia dengan lingkungannya.
Sebelumnya, pemilik kos, Nyoman Artana (43), telah melaksanakan upacara Ngulapin, ritual Hindu yang bertujuan membimbing roh yang mengalami musibah kembali ke tempat asalnya.
Risup berencana menjalankan upacara Mecaru setelah penyelesaian kasus ini dan membersihkan Tempat Kejadian Perkara (TKP).
Filosofi Tri Hita Karana menjadi dasar dari upacara ini, dengan tujuan menciptakan harmoni antara manusia dan Sang Hyang Widhi (Parahyangan), antara sesama manusia (Pawongan), dan hubungan manusia dengan alam (Palemahan).
Menurut Lontar Sudamala, bahan-bahan dalam upacara Mecaru terdiri dari tiga jenis: Mataya dari tumbuhan, Mantiga dari hewan yang lahir dua kali (ayam, bebek, angsa), dan Maharya dari hewan yang lahir satu kali (babi, sapi, kerbau, kambing, anjing).
Upacara Mecaru pernah dihelat saat kasus pembunuhan Angeline, seorang anak perempuan berusia 8 tahun, dengan tujuan menetralisir dampak negatif dan mencegah terulangnya kasus serupa. Enam Banjar ikut serta dalam upacara tersebut.
Dalam kasus kematian Aldi, masih terdapat banyak kejanggalan. Penemuan Aldi dengan posisi tergantung dan kaki menapak pada lantai, bersamaan dengan kondisi tubuhnya yang memilukan.
Pembengkakan ditubuh Aldi, kemaluan yang pecah dan terus mengeluarkan darah, keluarnya darah dari hidung dan mulut, serta geseran engsel siku, menambah misteri dalam kasus ini. (Clue)