BANDUNG – Sejumlah mahasiswa lakukan Aksi demonstrasi di Gedung Rektorat Institut Teknologi Bandung (ITB) pada Senin (29/01/2024).
Demo tersebut merupakan bentuk protes kebijakan kampus terkait skema pembayaran uang kuliah dengan cicilan via aplikasi pinjaman onine (pinjol).
Yogi Syahputra selaku Ketua Kabinet Keluarga Mahasiswa (KM) ITB mengatakan aksi demo tersebut merupakan bentuk respon kekecewaan atas kebijakan kampus yang dianggap sangat merugikan mahasiswa.
Diketahui, upaya komunikasi telah dilakukan sebelumnya. Namun belum membuahkan respon dari pihak rektorat.
“Aksi demo yang kami lakukan karena sampai hari ini kami mengusahakan sebelumnya untuk komunikasi secara baik-baik dengan Ibu Rektor terkait mahasiswa ITB yang terancam tidak bisa kuliah dan memiliki tunggakan,” ujar Yogi Senin (29/01/2024).
Pihak kampus menawarkan pinjaman hingga Rp 12,5 juta dengan bunga kisaran 20 persen dengan rentang waktu 12 bulan. Dengan begitu mahasiswa membayar total keseluruhan mencapai Rp 15,5 juta. Yogi menegaskan bahwa skema ini sangat memberatkan mahasiswa.
“Kampus memberikan Solusi yakni melalui pinjaman kepada teman-teman mahasiswa, berikan pinjaman Rp 12,5 juta dan membayar rentang waktu 12 bulan dengan membayarkan Rp 15,5 juta. Itu berkisar pada kisaran 20 persen dan sangat memberatkan,” Pungkas Yogi.
Yogi juga menyebutkan tingginya UKT berdampak pada studi mahasiswa, ada ratusan mahasiswa yang tidak bisa melunasi UKT tersebut dan terancam tidak bisa melanjutkan studinya.
“Total mahasiswa di awal itu ada 137 mahasiswa terancam tidak bisa mengikuti kuliah pada semester selanjutnya, namun hingga hari ini kami juga mengupayakan berbagai bantuan dari alumni masih tersisa 93 mahasiswa yang masih terancam tidak bisa kuliah”, ujarnya.
Selain itu juga pihak kampus mengharuskan mahasiswa yang tidak bisa melunasi UKT untuk mengambil cuti. Dan meskipun cuti, mahasiswa diwajibkan membayar setengah biaya UKT.
“Cuti juga mesti bayar kisaran 25-50 persen. Jadi ini semua kebijakan sama sekali tidak masuk akal,” sambung yogi.
Mahasiswa bukan tidak ingin membayar UKT akan tetapi nilai nominal yang terlalu tinggi membebani Sebagian mahasiswa. Apalagi dengan skema pinjol yang jumlahnya bertambah tinggi
“Mengapa mahasiswa sampai menunggak, tapi bukan tidak mau bayar. Dari pihak mahasiswa keberatan dengan UKT yang didtetapkan yakni Rp 12,5 juta sedangkan banyak orang tua mahasiswa yang gajinya UMR, orang tua pekerjaannya hanya buruh, mereka mengajukan keringanan tapi dari ITB menutup akses tersebut,” Ungkapnya.
Yogi berharap pihak Rektorat untuk bijak dan adil dalam mengambil Keputusan, meringankan mahasiswa yang berkeinginan tinggi untuk melanjutkan studi mereka.(clue)