Subang— Pasca meroketnya harga beras dan kenaikan inflasi di Kabupaten Subang, Pemda Subang melalui Dinas Koperasi UMKM Perindustrian dan Perdagangan (DKUPP) menggelar Operasi Pasar (OPM) di kecamatan, seperti Pagaden, Binong, Tambakdahan, Pusakajaya, Pusakanagara, dan Compreng.
Menurut Kepala DKUPP, Yayat Sudrajat, Operasi Pasar yang dilakukan pihaknya sudah digelar di 6 kecamatan dan menargetkan bisa digelar di 30 kecamatan. “Prinsipnya keadilan dan menyentuh titik kerawanan (kenaikan) harga beras, targetnya seluruh kecamatan,” ujarnya kepada Cluetoday, pada Rabu (28/02).
Ketika DKUPP menemukan kenaikan harga beras naik, pihaknya segera menggelar OPM untuk stabilisasi harga. Ia mengklaim, pasca digelar OPM, berdampak pada turunnya harga beras.
“Berdampak. Minimalnya, kita memberikan informasi kepada agen, para penyimpan gabah dan beras, ketika harga murah, mereka mengeluarkan stoknya,” jelasnya.
Menjelang bulan Ramadhan, DKUPP terus memantau harga. Ia menjamin stok aman dan selalu koordinasi dengan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID).
“Kalo terjadi crowded management, akan selalu dikoordinasikan dengan TPID,” imbuhnya.
Saat ini, menurut Yayat, harga beras medium turun, dari Rp 14.000 menjadi dikisaran Rp 12.000-12.500.
Ketika ditanya perihal penyebab kelangkaan beras Subang yang di pasaran, Ia enggan menjawab.
“Tanya ke Dinas Pertanian, saya takut salah,” tutupnya.
Pantauan Cluetoday pada Rabu (27/02) ke beberapa pasar tradisional dan mewawancarai pedagang beras.Anggi (24), pedagang beras di Pasar Jalancagak menyebut harga beras medium dikisaran Rp 16.000 sampai 16.500 per kilo.
“Beda sama minggu kemarin, Minggu kemarin puncaknya (kenaikkan), sekarang mah mulai panen,” ujarnya.
Sementara itu, Aman (50) pedagang beras di Pasar Pegaden, harga beras di kios miliknya berkisar dari Rp 13.000 sampai Rp 15.000 per kilo.
“Sekarang pasokan beras dari Pati, Demak, Kudus sudah banyak. Beras lokal juga ada, tapi masih sedikit. Ini beras SPHP (dari Bulog) ada,” jelasnya.
Beberapa waktu yang lalu, lanjut Aman, saat harga beras melambung, daya beli pelanggan menurun.
“Yang awalnya beli 10 kilo, jadi 3 kilo. Mungkin (pengeluarannya) dibagi-bagi,” kata Aman.
Dari kedua pasar tersebut, pasar yang di wilayah kecamatan sudah dilakukan OPM, cenderung harganya lebih murah dibanding pasar yang belum dilakukan OPM. Meskipun kisaran harganya berbeda, trennya sama-sama menurun. (Clue)