Dilema Tol Dalam Kota dan Transportasi Umum

Editorial Oleh : Shidqi Farghani

Menteri PUPR, Basuki Hadimulyono, menyatakan bahwa proyek pembangunan jalan tol dalam Kota Bandung, yang telah tertunda selama kurang lebih 17 tahun, akan dilanjutkan kembali. Langkah ini, kabarnya diambil dengan tujuan utama untuk mengurangi tingkat kemacetan yang semakin meningkat di Kota Bandung.

Meskipun demikian, efektivitas pembangunan jalan tol dalam kota sebagai solusi untuk mengatasi masalah kemacetan di kawasan perkotaan perlu dipertimbangkan lebih lanjut. Ini karena opsi untuk mengurangi kemacetan di lingkungan perkotaan tidak hanya sebatas penambahan ruas jalan atau pembangunan jalan tol.

Pembangunan jalan tol dalam kota diakui memiliki dampak positif dengan memberikan kenyamanan kepada para pengendara melalui jalan yang bebas hambatan. Di sisi lain, baik pengembang maupun pemerintah dapat memperoleh keuntungan finansial dari tol dalam kota tersebut, yang tentu saja akan menerapkan sistem berbayar. Secara keseluruhan, situasi ini terlihat saling menguntungkan bagi semua pihak yang terlibat.

Namun, pembangunan tol dapat memiliki dampak negatif jika kenyamanan yang disediakan justru mendorong masyarakat untuk lebih sering menggunakan kendaraan pribadi. Hal ini dapat menyebabkan peningkatan volume kendaraan pribadi, bahkan munculnya titik-titik kemacetan baru yang lebih parah.

Adakah opsi lain?

Ketika melihat kota-kota di Eropa Barat atau bahkan di dalam negeri seperti Jakarta, terlihat bahwa transportasi umum mulai diminati oleh masyarakat, meskipun belum sepenuhnya berhasil mengurai kemacetan. Moda transportasi umum seperti KRL, MRT, LRT, dan Transjakarta telah menjadi pilihan umum di kawasan Jabodetabek.

Di sisi lain, menjadikan naik transportasi umum sebagai bagian dari budaya masyarakat di Kota Bandung membutuhkan waktu yang cukup lama. Namun, keinginan untuk menggunakan transportasi umum bukan semata-mata masalah budaya di masyarakat.

Jika kita membandingkan Bandung dengan Jakarta, terdapat perbedaan mendasar diantara kedua kota tersebut. Keberhasilan transportasi umum di Jakarta disebabkan oleh rute yang jelas dan mencakup hampir semua wilayah strategis. Di Bandung, meskipun armada bus sudah memadai, kurangnya sosialisasi dan informasi rute kepada masyarakat memperparah minat mereka untuk menggunakan transportasi umum. Ini menunjukkan bahwa kebijakan di Kota Bandung masih terlalu berorientasi pada penggunaan kendaraan pribadi.

Hal itu terlihat dari kebijakan penambahan ruas jalan untuk mengatasi kemacetan. Meskipun penambahan ruas jalan atau pembangunan tol dalam kota penting, jika kebijakan tersebut diiringi peningkatan jumlah kendaraan, maka akan menciptakan masalah baru. Ada beberapa kebijakan yang dapat dilakukan oleh pihak-pihak yang terkait dengan pengelolaan transportasi umum di Kota Bandung :

  1. Untuk mengurangi penggunaan kendaraan pribadi, salah satu langkahnya adalah menciptakan ketidaknyamanan bagi para pengemudi. Sejalan dengan teori kepentingan yang dinyatakan oleh Adam Smith dalam “The Wealth of Nations” (1776), individu cenderung bertindak untuk memaksimalkan kepuasan atau keuntungan pribadi mereka, tanpa memperhatikan efeknya terhadap individu lain atau masyarakat secara keseluruhan.

Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah menerapkan tarif parkir progresif di pinggir jalan, dimana tarif tersebut akan masuk ke kas negara dan digunakan untuk meningkatkan kualitas angkutan umum. Selain itu, peningkatan harga kendaraan, terutama untuk kepemilikan kedua dalam satu keluarga, juga dapat menjadi alternatif yang efektif. Dengan mengurangi kenyamanan kepemilikan kendaraan pribadi dan meningkatkan kualitas transportasi umum, masyarakat dapat terdorong untuk beralih dari kendaraan pribadi ke transportasi umum.

  1. Sosialisasi merupakan langkah penting dalam meningkatkan minat masyarakat terhadap penggunaan transportasi umum. Instansi yang berwenang diharapkan dapat melakukan sosialisasi hingga ke tingkat terkecil masyarakat, seperti RT/RW. Ini termasuk memberikan informasi mengenai rute transportasi umum, metode pembayaran yang digunakan, serta manfaat yang diperoleh. Sosialisasi di lingkungan dekat stasiun-stasiun yang dilewati oleh transportasi umum juga penting untuk memastikan bahwa informasi tersebut tersampaikan dengan baik kepada setempat.
  2. Menjaga keamanan merupakan aspek penting dalam meningkatkan minat masyarakat untuk menggunakan transportasi umum. Beberapa orang sering merasa takut untuk menggunakan transportasi umum karena khawatir akan kejahatan seperti pencurian atau kekerasan seksual. Salah satu cara untuk mengatasi kekhawatiran ini adalah dengan memasang CCTV di kendaraan umum atau bahkan menyediakan petugas keamanan langsung di lokasi tersebut. Dengan demikian, masyarakat akan merasa lebih aman dan nyaman saat menggunakan transportasi umum.

Secara umum, masyarakat tidak sepenuhnya anti untuk menggunakan transportasi umum. Kebanyakan dari mereka telah terbiasa menggunakan kendaraan pribadi karena kenyamanan dan kepraktisannya. Namun, bukan berarti penggunaan kendaraan pribadi secara mutlak buruk.


Terkadang, penggunaan kendaraan pribadi memang diperlukan pada saat-saat tertentu. Penting untuk menyadarkan masyarakat bahwa menggunakan transportasi umum juga merupakan alternatif yang layak dan dapat memberikan manfaat bagi kenyamanan dan keamanan mereka.(clue)

By Redaksi

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *