SUBANG – Subang memiliki wilayah pesisir seluas 13.380,2 hektar (DKP Subang, 2003) dan garis pantai sepanjang 48,20 km (Bappeda Subang, 2010). Dengan luasan tersebut, Subang memiliki potensi perikanan air payau. Salah satu yang sedang dijajaki Dinas Kelautan dan Perikanan Subang adalah Budidaya Tambak Ikan Nila Salin.
Program tersebut merupakan program Kementerian Kelautan dan Perikanan RI. Menurut Agus Darojat, Kabid Perikanan Air Payau Dinas Kelautan dan Perikanan Subang, pihaknya mengajukan 245 hektar lahan untuk dijadikan area program budidaya Nila Salin. Lahan tersebut tersebar di 7 desa, yaitu Jayamukti, Legonkulon, Legonwetan, Muara, Langensari, Anggasari, Tegalurung,
“Subang sementara mengajukan 245 hektar. Itu pun nanti, berapa hektarnya lahan Subang yang siap, itu ada verifikasi dari Kementerian,” ujar Agus.
Agus menuturkan, nantinya, per hektar lahan tambak, dianggarkan 1 miliyar. Anggaran yang bersumber dari APBN ini digunakan untuk membangun tambak Ikan Nila Salin dengan sistem modern. Dalam kawasan tambak, akan dibangun kolam produksi. Selain itu, terdapat fasilitas lain di antaranya Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL), inlet outlet, tandon, hingga laboratorium.
Program ini semuanya dikelola oleh tim Kementerian Kelautan dan Perikanan RI. Menurut informasi yang diterima Agus, program tersebut masuk Program Strategis Nasional tahun 2025.
“Kita (Dinas) hanya mengajukan dan sosialisasi ke pemilik lahan. Semua anggaran dan pembangunan dipegang kementerian,” ungkap Agus.
Nantinya, para pemilik lahan atau petambak, menjadi pengelola program tambak ikan nila salin.
Dipilihnya Ikan Nila Salin, karena dianggap mampu bertahan di air payau. Bibit Nila Salin hidup di air tawar. Namun setelah dilakukan serangkaian proses adaptasi, bibit tersebut mampu bertahan di air payau. Selain itu, ikan yang memiliki nama latin Oreochromis niloticus ini, memiliki pangsa pasar menjanjikan.
Beberapa waktu yang lalu, dilansir dari Antara, Presiden Joko Widodo saat meresmikan Modeling Budidaya Ikan Nila Salin yang dikelola Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) di Karawang, Jawa Barat menyebut, pada tahun 2024, permintaan global mencapai 14,4 miliar dolar AS. Jika dikonversi ke rupiah, mencapai 230 triliun rupiah.
“Tambak ikan nila memiliki permintaan pasar dunia yang sangat besar sekali. Tahun 2024 saja 14,4 miliar dolar AS, kurang lebih Rp230-an triliun sangat gede sekali,” ucap Jokowi.
Kementerian Kelautan dan Perikanan mencatat, produktivitas modeling ditargetkan bisa sampai 7.020 ton per siklus atau senilai Rp210,6 miliar dengan asumsi harga jual ikan nila salin Rp30 ribu per kg.
Dari asumsi hitungan ekonomi dengan harga pokok produksi Rp24.500 per kg, modeling akan menghasilkan keuntungan sekitar Rp38,6 miliar. (clue)