SUBANG – Indra Zaenal Alim, seorang Kepala Desa Jalancagak, Subang, namanya mulai viral saat videonya di tahun 2020 tentang kritik Bansos Covid-19 mendapat atensi publik. Nama Indra semakin populer sejak dua tragedi memilukan yang dialami warganya. Pembunuhan ibu dan anak tahun 2021 dan tragedi Miras Oplosan tahun 2023. Bukan karena terlibat.
Alumni STHB Bandung ini, menghiasi laman pemberitaan. Jadi narasumber para awak media. Sebagai Kepala Desa (Kades), Indra mengaku tidak boleh lari dari masalah yang diderita warganya. Setia mendampingi warganya.
Kepada Cluetoday (16/05), Indra menuturkan, seorang Kades harus memiliki Kepekaan Rasa (sense of crisis). Lihai mengelola situasi. Bagi Indra, Kades adalah ujung tombak dari kesuksesan visi pemerintah. 24 jam handphone miliknya siaga menerima laporan warga.
“Ini handphone saya gak pernah saya matiin. Kades itu, dari mulai warga lahiran sampai warga meninggal diurusin. Kita tidak bisa lari dari masalah. Karena kita bertanggungjawab,” ujar Indra.
Pilihan tersebut diambil Indra, karena mencegah terjadinya opini publik yang liar. Ketika diminta publik untuk menjelaskan dua peristiwa tersebut, mau tidak mau dirinya hadapi. Terlepas pro-kontra dan cibiran dari warga di lini masa.
Ia mempercayai sebuah adagium, “tidak ada prajurit yang salah, yang salah adalah pimpinannya”. Sebagai Kades, dirinya bertanggungjawab terhadap warganya.
Memimpin lebih dari 9 ribu (BPS, 2021) warganya, bagi Indra tidak mudah. Namun, memimpin Desa Jalancagak yang warganya heterogen, solusi yang diambil Indra dengan membangun superteam. Kekuatan tim.
“Saya tidak bisa sendiri. Jadi ngebangun kerja tim. RT- RW saya hargai, saya posisikan bermartabat. Mereka bareng-bareng melayani warga,” ucapnya.
Karir Politik Indra: Gabung PDI kubu Suryadi Hingga Dimentori Eep Hidayat
Mantan aktivis 1998 ini, pernah berdemonstrasi bersama ribuan mahasiswa di Senayan. Kala itu, misinya adalah menggulingkan rezim Soeharto. Walau begitu, Indra pernah aktif menjadi kader PDI kubu Suryadi. Kubu Suryadi didukung Presiden Soeharto. Sosok Suryadi adalah lawan Megawati saat tragedi berdarah 27 Juli 1996 (Kudatuli).
Sejak 1998, Indra muda sudah aktif menjadi pengurus PDI kubu Suryadi di Subang. Pasca reformasi menjamur partai baru. Salah satunya Partai Kebangkitan Bangsa. Partai yang didirikan KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Cucunya pendiri Nahdhatul Ulama dan pendiri Pesantren Tebuireng Jombang.
Indra adalah alumni Tebuireng. Merasa memiliki identitas yang sama dengan Gus Dur, Indra memilih hengkang dari PDI dan gabung ke PKB. Jabatannya pertama di PKB adalah sekretaris PAC Jalancagak. Sebagai santri, dirinya sami’na wa atho’na ke kyai.
Hingga terjadi konflik politik antara Gus Dur dan kubu Amien Rais, yang berujung dilengserkannya Gus Dur dari kursi presiden. Indra pun memutuskan ikut keluar. Karena alasan ideologis dan bekerja di kejaksaan.
“Ketika almarhum Gus Dur lengser, saya ikut keluar (PKB). Karena posisinya saya manut ke kyai,” kata Indra. Sempat 4 tahun vakum dari hingar bingar politik, Indra kembali masuk ke PDI Perjuangan di tahun 2008.
Di dunia politik, Indra punya mentor. Eep Hidayat, mantan Bupati Subang, adalah mentor politik Indra. Karakter Eep yang merakyat, menurut Indra, jadi hal yang ditiru.
Indra mengaku, Eep berpesan kedirinya untuk selalu silaturahmi dengan masyarakat.
Indra menceritakan, suatu waktu, Eep pernah menulis disecarik kertas bungkus rokok. Eep menulis kalimat singkat di kertas tersebut tentang masalah jalan rusak. Kertas tersebut diberikan ke Kades untuk disampaikan ke Dinas PUPR.
“Beliau itu, tipe orang bersahaja, merakyat. Satu-satunya Bupati yang tidak pernah protokoler. Dimana saja menyapa,” kata Indra.
Miniatur Pembangunan Daerah adalah Desa
Diawal kepemimpinannya tahun 2018, Desa Jalancagak berstatus desa berkembang. Status tersebut berdasarkan Indeks Desa Membangun (IDM) yang dikeluarkan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (KemendesPDTT). Tiga komponen penilaian IDM, yaitu ketahanan sosial, ketahanan ekonomi, dan ketahanan lingkungan atau ekologi.
“Saya sering memberi support kepada warga saya. Seperti kalau mereka sakit, tidak punya BPJS saya bantu. Terserah duitnya dari mana. Saya bantu,” ucap Indra.
Desa Jalancagak menurut Indra, memiliki potensi pertanian. Nanas dan sayuran adalah komoditas potensial. Salah satu pendekatannya adalah pemberdayaan ekonomi ibu rumah tangga. Melalui Kelompok Wanita Tani (KWT). Pihaknya membantu ibu-ibu untuk memanfaatkan area pekarangan rumah untuk ditanami sayuran maupun ternak ikan lele.
Saat ini, Indra menyebut, ibu-ibu tersebut berhasil meningkatkan pendapat keluarga. Karena, dari hasil pertaniannya dijual kepada pedagang. Program tersebut mendapat penghargaan dalam lomba ketahanan pangan tingkat Kabupaten Subang.
“Ada satu RT yang warganya punya tanam-tanaman ‘warung hidup’. Seperti bawang daun, sosin, cengek, cabe. Mereka jual sendiri. Ke pedagang mie ayam atau pedagang pecel lele,” lanjut Indra.
Bagi ayah lima anak ini, desa adalah miniatur pembangunan daerah. Sistem pemerintahan desa hingga permasalahan warga desa, sama seperti yang dihadapi pemerintah kabupaten. Bedanya, hanya skala luasan wilayah.
“Desa sebenarnya lebih kompleks dibanding kabupaten. Saya sebagai kepala desa berhadapan langsung dengan masyarakat, dihubungi kapan saja (tanpa protokoler). Bupati tinggal otaknya aja. Dia punya visi-misi apa, tunjuk orang,” ujarnya.
Pengalamannya memimpin desa, jadi modal besar bagi Indra untuk bertarung di Pemilihan Bupati nanti. Istilahnya, gaya dirinya adalah pemimpin Bottom Up. Dari bawah ke atas. Menurut Indra, sebuah kebijakan seharusnya tidak lahir dari ego pemimpin semata. Tapi berangkat dari realitas masyarakat. Rasa itu dimiliki kepala desa.
“Saya ingin dikenang sebagai pemimpin yang berbuat baik kepada rakyat. Anak-anak saya, ahli waris saya, dihargai warga saya karena kebaikan saya,” ujar Kades yang punya
40 ribu pengikut di akun TikTok ini.
Potensi Pemilih Muda: Kuasai TikTok
Data KPU Subang, dari 1,1 juta daftar pemilih tetap (DPT) di Pemilu kemarin, 13 persen adalah pemilih muda. Berpotensi meningkat.
Dan media sosial adalah sarana efektif politisi melakukan propaganda politik. Salah satu aplikasinya adalah TikTok (The Conversation, 2022).
Data dari We Are Social, pengguna TikTok di Indonesia tahun 2023, mencapai 106 juta. Kedua paling banyak di dunia. Pemenang Pilpres, Prabowo-Gibran, memanfaatkan secara masif TikTok. Analisis media dari Drone Emprit menghitung, pasangan Gemoy memiliki 1,2 miliyar interaksi (jumlah Like, komentar, View, dan share) di TikTok.
Ini ditangkap Indra untuk melakukan hal yang sama. Lewat akun TikTok pribadinya, @kadesjalancagak, sudah memiliki 40 ribu pengikut dan 624 ribu disukai. Salah satu kontennya bahkan ditonton 1,1 juta penonton.
Menurut Indra, akun tersebut dikelola langsung oleh dirinya langsung. Ia menggunakan TikTok untuk sosialisasi rutinitas kegiatan.
“Saya sendiri yang megang. Ngedit pake Capcut,” kata Indra.
Baginya, saat ini pejabat publik sudah seharusnya punya akun media sosial. Sehingga publik jadi tahu kegiatan maupu program yang dilakukan. Tak sedikit netizen yang mencibir Indra. Dituduh pencitraan.
“Biarin aja (pencibir). Nanti juga cape sendiri,” jawab Indra dengan santai.
Peluang Indra di Pilbup Subang
Keluarga adalah hal utama bagi Indra. Keputusan dirinya sebagai bakal calon bupati, tidak luput dari restu keluarga. Indra resmi mendaftar untuk penjaringan bakal calon dari PKB.
Indra sendiri telah melakukan safari politik ke desa-desa sejak tiga tahun lalu. Jaringan antar kepala desa digunakan untuk membangun kekuatan politik. Indra mengklaim, lebih dari 35 kepala desa telah memberikan komitmen dukungan kepadanha. Bahkan, dibuktikan dengan surat pernyataan bermaterai.
Selain itu, dirinya juga terus berkomunikasi dengan partai politik lain. PKS salah satunya. Agus Masykur, sang ketua DPD PKS Subang, sekaligus mantan wakil bupati, telah ditemui Indra. Jika tak ada aral melintang, potensi berkoalisi dengan partai peraih empat kursi DPRD Subang ini, masih terbuka. Perkawinan PKB dan PKS bisa terjadi.
Jika koalisi mengharuskan Indra sebagai calon wakil Bupati dan Agus Masykur sebagai bupatinya, Indra siap menerima.
“Saya tidak memaksakan kehendak. Bisi urang kapilih ku PKB, urang koalisi (dengan PKS). Kalo Aa (Agus Masykur) siap jadi bupati, saya wakilna. Tinggal deal-deal an dengan partai,” ucap Indra menirukan percakapannya dengan Agus Masykur.
Rencananya, dalam waktu dekat ini, Indra akan mengambil formulir pendaftaran Bakal Calon Bupati dari beberapa partai di Subang. (clue)