SUBANG: Aksi menakjubkan dilakukan mantan Bupati Subang, Ruhimat. Ia mengibarkan bendera Merah Putih raksasa dari ketinggian 40 meter di atas Sungai Curug Goong, Serangpanjang, Subang.
Bendera berukuran panjang 10 meter dan lebar 5 meter ini, ditarik Ruhimat dengan seutas tali. Dengan dilengkapi peralatan keselamatan, Ruhimat bergelantung dari tali sling baja di atas sungai yang menjadi hulu sungai Ciasem.
Ruhimat tak sendiri. Ia ditemani puluhan anggota pegiat alam Warna Alam. Saat pengibaran, lagu Kebangsaan Indonesia Raya dan Bendera Pusaka mengiringi prosesi pengibaran bendera.
Peristiwa tersebut terjadi pada Jum’at (16/08/24) sore. Pengibaran bendera ini dalam rangka memperingati HUT ke-79 Kemerdekaan Republik Indonesia.
Sesaat sebelum mengibarkan bendera merah putih, Ruhimat atau yang akrab disapa Kang Jimat terlebih dahulu dibekali peralatan pengaman di badannya oleh Tim Warna Alam.
Aksi pengibaran bendera merah putih raksasa yang digagas Perhimpunan Penggiat Lingkungan Warna Alam ini untuk menyambut HUT ke-79 Kemerdekaan RI. Meskipun sudah berusia kepala enam, tak menyurutkan tekad pria yang dikarib dipanggil Kang Jimat ini.
“Saya memberanikan diri mengibarkan bendera merah putih di atas tebing karena untuk memberikan contoh bagi anak muda. Agar semangat berjuang tetap menyala demi nusa dan bangsa,” kata Ruhimat.
Seusai mengibarkan bendera merah putih, Kang Jimat memberikan pesan kepada semua pelajar yang hadir dalam acara. Termasuk semangat untuk memperjuangkan masa depan demi Subang lebih maju.
Bukan kali pertama Ruhimat melakukan kegiatan serupa. Tahun lalu, saat masih menjabat Bupati Subang, Ia ikut melakukan pengibaran bendera Merah Putih di tebing Teras Pass, Jl. Bukanagara, Cupunagara, Subang.
Ketua Umum Warna Alam, Adrian, mengaku tak mudah membentangkan bendera raksasa di atas Curug Goong. Akses “anchor” cukup berjauhan dan deras air Curug yang cukup kencang membuat timnya terkendala.
Ia menceritakan, Tim Warna Alam membutuhkan beberapa kali survei tempat dan waktu dua minggu persiapan untuk pembentangan bendera.
“Medannya memang tidak curam, tapi minim akses untuk mengikat tali menjadi tantangan tersendiri. Ditambah angin cukup kencang membuat adrenalin tim pengibar terpacu,” cerita Adrian.
Hal yang sama juga diungkapkan salah satu perintis Warna Alam, Anwar Wana. Kegiatan tersebut menurutnya dilatari semangat dan jiwa nasionalisme. Ia menyadari dua hal tersebut harus dipupuk semua elemen masyarakat di era globalisasi, terutama para pelajar.
“Pengibaran bendera raksasa merupakan simbol kebesaran bangsa Indonesia. Kami ingin mengajak masyarakat lebih mencintai dan mengobarkan jiwa nasionalisme. Para pahlawan kemerdekaan telah berjuang mati matian demi merebut kemerdekaan dari tangan penjajah,” ucap Anwar yang menjadi tandem Ruhimat saat pengibaran.
Kendati demikian, bendera raksasa tersebut akhirnya berhasil dibentangkan menggunakan tali baja (seling) yang melintang melewati tengah Curug Goong.
“Sulit diungkapkan dengan kata-kata, yang jelas bangga banget, hilang semua capek. Alhamdulillah ini sumbang sih kami atas kemerdekaan Indonesia, ini bukti kami bangga dengan Indonesia,” pungkasnya.