Seluruh masyarakat Selandia Baru memberikan penghormatan terakhir kepada mendiang Raja suku Maori, Tuheitia Pootatau Te Whererowhero VII. Ia meninggal pada usia 69 tahun. Pemakaman dilakukan pada Kamis (5/9/2024) bersamaan dengan pengangkatan ratu baru, Nga Wai Hono I te Po yang merupakan putri bungsu Tuheitia.
“He Kuini Hou Rangatira dari seluruh motu hari ini telah memilih Nga wai hono i te po sebagai Ratu mereka, raja Maaori kedelapan dan penerus Kiingi Tuheitia Pootatau Te Wherowhero VII,” tulis Kingitanga atau Gerakan Kerajaan Maori di Instagram.
Sang ratu yang baru saja berusia 27 tahun kini mengemban amanat sebagai pemimpin Maori. Bersama dengan para pengawalnya, Ratu Nga Wai menemani peti jenazah mendiang raja dalam armada kano tradisional di Sungai Waikato.
Mereka bertolak ke Turangawaewae marae (tempat pertemuan leluhur), tempat peti jenazah ayahnya dibaringkan dalam balutan jubah berbulu.
Penurunan tahta tersebut bersamaan dengan berakhirnya upacara pemakaman yang telah digelar selama seminggu untuk mendiang Raja Tuheitia. Sang raja dimakamkan di sebuah makam tak bertanda di Taupiri Maunga yang memiliki makna spiritual bagi sukunya.
Diangkatnya Ratu Nga Wai menandakan kebangkitan generasi baru pemimpin Maori Selandia Baru yang pernah hampir punah.
Ratu Menerima Tongkat Estafet
Sebagai putri tunggal raja dan juga anak bungsunya, Nga Wai mungkin dianggap sebagai pilihan luar untuk menjadi penggantinya.
Salah satu dari dua kakak laki-lakinya telah mengambil banyak tugas seremonial selama masa sakit ayahnya dan telah diperkirakan akan mengambil alih.
“Ini tentu saja merupakan perubahan dari penunjukan kepemimpinan Maori tradisional yang cenderung diberikan kepada anak tertua, biasanya laki-laki,” kata Penasihat Budaya Maori Karaitiana Taiuru dikutip dari AFP.
Pengangkatan tersebut, kata Taiuru merupakan “hal Istimewa” bagi seorang wanita muda dalam memimpin Maori sebagai Ratu.
“Dunia Maori telah mendambakan kepemimpinan yang lebih muda untuk membimbing kita di dunia baru AI, modifikasi genetik, pemanasan global, dan di masa banyak perubahan sosial lainnya yang mempertanyakan dan mengancam kita dan Masyarakat Adat Selandia Baru,” katanya.
Ia menyebut bahwa sang ratu akan menghadapi tantangan-tantangan yang membutuhkan generasi baru yang lebih muda untuk memimpin.
Maori Selandia Baru mencakup 17 persen dari populasi atau sekitar 900 ribu orang. Warganya memiliki harapan hidup 7 tahun lebih rendah dari masyarakat Selandia Baru lainnya. Hal itu menjadi tantangan bagi sang ratu bersamaan dengan kehidupan warga Maori yang terkenal lebih banyak menderita berbagai macam penyakit seperti kanker dan banyaknya kasus bunuh diri.
Ratu Nga Wai adalah raja Maori kedelapan dan ratu kedua. Neneknya, Ratu Te Arikinui Dame Te Atairangikaahu, memegang jabatan tersebut selama empat dekade hingga tahun 2006.
Ratu Nga Wai meraih gelar Master of Arts dalam Tikanga (ilmu pengetahuan masyarakat) Maori di Universitas Waikato Selandia Baru.
Ia menerima tato tradisional Maori “moko” di dagunya pada ulang tahun ke – 10 penobatam raja di tahum 2016.(Sin/Clue)