KUALALUMPUR – Malaysia tengah diguncang oleh skandal besar setelah terungkap bahwa 400 anak telah menjadi korban pelecehan seksual di panti asuhan.
Kasus ini mengundang duka dan kemarahan publik serta memicu perdebatan serius tentang perlindungan anak di Malaysia.
Pihak berwenang mulai menyelidiki kasus ini setelah beberapa korban dan keluarga melapor kepada Lembaga Perlindungan Anak Malaysia (CPAM).
Investigasi awal mengungkapkan bahwa pelecehan ini terjadi dalam berbagai bentuk, baik fisik, emosional, maupun seksual, dengan beberapa pelaku diduga berasal dari kalangan yang memiliki pengaruh di panti asuhan tersebut.
Skala Kejahatan yang Mengejutkan
Menurut sumber kepolisian, pelecehan ini sudah berlangsung selama beberapa tahun, namun baru terungkap setelah sejumlah anak yang menjadi korban berhasil memberanikan diri untuk melapor.
Pelaporan tersebut ditindaklanjuti dengan penggerebekan yang berujung penangkapan. Seluruh korban berasal dari panti asuhan yang dikelola lembaga yang sama.
“Semua panti asuhan itu dikelola Global Ikhwan Service and Business (GISB),” kata Kepala Polisi Nasional, Tan Sri Razarudin Husain.
Para pelaku, yang jumlahnya masih dalam penyelidikan lebih lanjut, memanfaatkan posisi mereka dalam lingkungan anak-anak untuk melakukan tindakan kriminal ini.
Ada indikasi bahwa pelecehan ini terjadi secara sistematis dan melibatkan lebih dari satu jaringan pelaku.
“Ini adalah salah satu kasus terburuk dalam sejarah Malaysia terkait pelecehan anak. Kami akan bekerja keras untuk memastikan keadilan bagi para korban dan membawa semua pelaku ke pengadilan,” ujar Razarudin dalam sebuah pernyataan resmi.
Razarudin juga menjelaskan jumlah korban yang berhasil diselamatkan tersebut terdiri dari 201 anak laki – laki dan 202 anak perempuan. Anak – anak korban pelecehan tersebut berusia satu hingga 17 tahun.
Dalam operasi penggerebekan tersebut, kepolisian menangkap 171 pria dewasa, termasuk ustaz. Penggerebekan dilakukan di 20 tempat yang berada di dua negara bagian.
Namun, meskipun telah dilaporkan dan dilakukan penangkapan, pihak GISB tetap membantah adanya tindak pelecehan seksual tersebut.
Dukungan Bagi Para Korban
Pemerintah Malaysia telah berjanji untuk memberikan dukungan penuh kepada para korban. Bantuan psikologis dan medis sudah disiapkan untuk mereka yang membutuhkan.
Menteri Pemberdayaan Perempuan, Keluarga, dan Masyarakat, Datuk Seri Nancy Shukri, menegaskan bahwa negara harus belajar dari tragedi ini untuk memperkuat perlindungan terhadap anak-anak di masa depan.
“Kami tidak akan tinggal diam. Ini bukan hanya tentang membawa pelaku ke pengadilan, tetapi juga tentang memperbaiki sistem perlindungan anak yang jelas-jelas memiliki kelemahan,” tegasnya.
Reaksi Masyarakat dan Aktivis
Organisasi perlindungan anak dan kelompok advokasi HAM di Malaysia segera bereaksi keras terhadap berita ini, menuntut tindakan cepat dan tegas dari pemerintah serta pihak berwenang.
Mereka mendesak adanya reformasi menyeluruh dalam sistem hukum dan kebijakan perlindungan anak untuk mencegah terulangnya kejadian serupa.
“Pelecehan ini menunjukkan kegagalan dalam banyak aspek—dari pendidikan hingga penegakan hukum. Kami perlu tindakan nyata, bukan sekadar janji,” ujar salah satu aktivis dari NGO Save Our Children Malaysia.
Upaya Hukum dan Tindakan Lanjut
Saat ini, polisi telah menahan beberapa tersangka yang diduga terlibat dalam kejahatan ini, dan investigasi terus berlangsung untuk mengungkap lebih banyak pelaku dan korban.
Beberapa lembaga pendidikan dan komunitas lokal tempat pelaku beroperasi juga akan diaudit sebagai bagian dari upaya untuk mengidentifikasi kelemahan sistem pengawasan.
Kasus ini telah menjadi sorotan nasional, dan pemerintah berjanji untuk meningkatkan kesadaran serta pengawasan dalam perlindungan anak-anak di seluruh Malaysia, guna memastikan bahwa tragedi serupa tidak terjadi lagi di masa depan.(Clue)