SUBANG – Setiap tahun di tanggal 30 September, Indonesia akan terus mengenang kejadian bersejarah itu.
Tragedi yang menewaskan 7 jendral dalam lubang buaya tersebut sempat wajib dipertontonkan kepada khalayak luas tak peduli batas umur. Di masa tersebut, baik tua maupun muda beramai – ramai menuju lapangan terbuka di malam hari. Dilapang tersebut, operator layar tancap sudah stand by untuk memutarkan film.
Suka maupun tidak suka, anak – anak juga terpaksa ikut untuk menonton. Film pertama kali wajib ditayangkan pada 1984. Pemerintah Orde Baru memberlakukan setiap siswa di segala lapisan, pegawai negeri sipil, perusahaan daerah untuk wajib menonton film ini setiap tanggal 30 September. Selain diputar di layar lebar beberapa kali, film itu akhirnya diputar di TVRI setiap tanggal 30 September pukul 10.00 WIB.
Namun, tayangan yang berisi kekerasan tersebut dihentikan tahun 1998. Selain telah bosan, film tersebut dianggap bernuansa pengkultusan tokoh dan tidak sesuai dengan dinamika reformasi.
Dalam tragedy tersebut, Gerwani (Gerakan Wanita Indonesia) dituduh memiliki keterlibatan.
Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani) didirikan pada 4 Juni 1950 di Semarang, Jawa Tengah dan beroperasi antara tahun 1950 hingga 1960. Organisasi ini awalnya bernama Gerwis, yang merupakan singkatan dari Gerakan Wanita Sedar, sebelum berganti nama menjadi Gerwani.
Pada awal pembentukannya, Gerwani atau Gerwis merupakan hasil penggabungan dari 6 organisasi perempuan di Indonesia. Keenam organisasi tersebut meliputi Persatuan Wanita Sedar dari Surabaya, Istri Sedar dari Bandung, Gerakan Wanita Indonesia (Gerwindo) dari Kediri, Wanita Madura, serta Perjuangan Putri Republik Indonesia dari Pasuruan.
Ideologi Gerwani
Organisasi Gerwani ini pun mengusung ideologi feminis dan sosialis, serta memiliki hubungan erat dengan Partai Komunis Indonesia (PKI). Keterkaitan ini menjadi salah satu alasan munculnya dugaan keterlibatan Gerwani dalam peristiwa G30S.
Selain itu, Gerwani pun bertujuan untuk membebaskan masyarakat dari segala bentuk perbudakan dan penindasan, dengan harapan menciptakan ikatan kekeluargaan yang sejati di antara manusia.
Kemudian pada Kongres II Gerwis yang berlangsung pada tahun 1954, Gerwani mengubah nama organisasinya dari Gerwis menjadi Gerwani.
Peran Gerwani
Keterlibatan Gerwani dalam peristiwa G30S semakin jelas pada tahun 1960. Organisasi ini dicurigai berperan dalam peristiwa tersebut, terutama karena pada 1 Oktober 1965, beberapa anggotanya, termasuk Jamilah dan Fainah terlihat di Lubang Buaya.
Ketika peristiwa itu terjadi, Jamilah dan Fainah sebagai anggota Gerwani dituduh melakukan pembunuhan brutal terhadap tujuh jenderal. Tuduhan ini juga mencakup bahwa perempuan-perempuan tersebut menggoda para jenderal dengan menari telanjang secara erotis dan menyanyikan lagu “Genjer-Genjer”.
Selanjutnya, mereka dituduh mengebiri para jenderal dan mencungkil mata mereka. Berita tentang hal ini dilaporkan oleh berita Yudha dari angkatan bersenjata dan kemudian diikuti oleh media lainnya.
Menolak Mengakui, Gerwani Menghabiskan 14 Tahun di Penjara
Namun, semua tuduhan tersebut tidak sesuai dengan kenyataan. Fainah, sebagai anggota Gerwani, dengan tegas menyatakan bahwa yang sebenarnya terjadi adalah dirinya dipaksa untuk menari di depan para jenderal sebelum peristiwa pembunuhan berlangsung.
Selain itu, menurut Mudjijati, meskipun ia bukan anggota Gerwani, ia tetap dituduh melakukan hal-hal yang menjadi tuduhan dalam kampanye fitnah yang dilancarkan penguasa terhadap Gerwani.
“Anak-anak muda itu pasti dituduhnya nyilet-nyilet kemaluan jenderal, tari telanjang. Itu tuduhan itu semua begitu, pada perempuan,” ungkap Mudjijati.
“Saat kita tidak mengakui, kita dipaksa harus mengakui. Itu kita pasti dipukuli di situ. Tapi saya bertahan karena saya tidak merasa [melakukan]. Apapun yang terjadi, saya alami saja,” ungkap Mudjijati.
Akhirnya, Mudjijati menghabiskan 14 tahun di masa mudanya di balik jeruji besi karena menolak untuk mengakui tuduhan yang ditujukan kepadanya.
Gerwani Dibubarkan
Pembubaran Gerwani akhirnya terjadi bersamaan dengan pembubaran PKI. Gerwani, yang dikenal sebagai Gerakan Wanita Indonesia, akhirnya dibubarkan pada 12 Maret 1966 berdasarkan Keputusan Presiden/Panglima Tertinggi ABRI/Mandataris MPRS/Pemimpin Besar Revolusi Nomor 1/3/1966.
Akhirnya organisasi Gerwani pun kemudian hancur akibat stigma negatif yang dibentuk oleh Pemerintah Orde Baru setelah peristiwa Gerakan 30 September 1965 padahal sebelum pembubarannya, Gerwani telah memiliki 3 juta anggota.(clue)