Symposium Journal Of Social Welfare 2024 : Industrialisasi Jangan Sampai Kesampingkan Kesejahteraan Sosial

SUBANG – Isu ketimpangan sosial perlahan mulai menghilang dari perspektif kesejahteraan terutama di generasi menengah. Ditengah maraknya perkembangan industrialisasi, tantangan global dari ketimpangan ekonomi pun ikut menjadi isu penting yang sudah sepatutnya mendapat perhatian.

Menyikapi hal itu, Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP Universitas Indonesia (UI) menyelenggarakan acara The 2024 Symposium of the Journal of Social Welfare dengan mengangkat tema “Kerja Sama dan Kolaborasi dalam Menangani Masalah Kesejahteraan Sosial di Negara-negara ASEAN (2025-2030)”.

Disampaikan oleh Dr. Sari Viciawati Machdum, acara tersebut penting untuk digelar untuk menekankan pentingnya forum ini sebagai sarana bertukar gagasan antara akademisi dan praktisi.

Sebagai bagian dari daerah yang memiliki perkembangan industrialisasi yang massif, Subang perlu memperhatikan aspek kesejahteraan sosial. Dalam kesempatan tersebut, Pj Bupati Subang hadir sebagai pembicara untuk memberikan gambaran industrialisasi dan isu kesejahteraan sosial.

“Subang has everything, but we have nothing,” kata Dr. Imran mengawali paparannya.

Berkaitan dengan disetujuinya Subang yang memiliki dua Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), Dr. Imran mengungkapkan potensi besar Kabupaten Subang. Mulai dari sumber daya alam yang beragam, termasuk wilayah pantai dan pegunungan, hingga letak strategis namun masih menghadapi tantangan pada pertumbuhan ekonomi.

“Subang saat ini berkembang luar biasa untuk kawasan ekonominya. Di Subang Barat, kita akan memproduksi mobil listrik BYD, sementara di Subang Timur, akan diproduksi mobil listrik VinFast,” jelas Dr. Imran mengenai potensi industri kendaraan listrik di Subang.

Dr. Imran juga mengungkapkan bahwa Kabupaten Subang baru saja mendapatkan keputusan penting untuk memiliki dua Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) yang akan berfokus pada pengembangan industri semi-konduktor dan kimia ramah lingkungan. Salah satu KEK yang terletak di Patimban akan mendukung industri kendaraan listrik, sementara kawasan lain akan mendukung produksi berbagai produk, termasuk sepatu Nike dan produk elektronik seperti sound system.

“Dua minggu lalu, Subang diputuskan punya dua kawasan ekonomi khusus, yang akan bergerak di bidang semi-konduktor dan green chemical,” tambahnya.

Meskipun pertumbuhan ekonomi Subang saat ini sedang berkembang, Dr. Imran menyoroti bahwa tantangan besar masih ada, terutama dalam hal peningkatan angka pertumbuhan ekonomi yang masih relatif rendah.

Dengan adanya investasi sebesar Rp100,57 triliun di KEK Subang dengan penyerapan tenaga kerja hingga 44 ribu orang, dan investasi sebesar Rp88,43 Triliun dengan penyerapan tenaga kerja lebih dari 140 ribu orang di KEK Patimban. Dr. Imran optimistis bahwa angka pengangguran terbuka di Subang akan berkurang secara signifikan.

“Dengan adanya kawasan ekonomi khusus ini, kita harap tingkat pengangguran terbuka di Subang bisa terserap setengahnya,” kata Dr. Imran.

Dr. Imran juga menjelaskan berbagai proyek infrastruktur yang sedang dikembangkan di Subang, termasuk pembangunan tol Patimban dan jalur kereta api yang akan menghubungkan langsung kawasan industri ke Pelabuhan Patimban. Proyek ini diharapkan dapat meningkatkan daya saing Subang dan menyerap lebih banyak tenaga kerja lokal.

“Ini adalah tantangan masa depan, terutama bagi anak-anak kita di universitas. Tenaga kerja yang akan terserap di kawasan ini sangat besar, mencapai sekitar 200.000 orang,” ungkap Dr. Imran.

Dirinya berharap, dengan perkembangan kawasan-kawasan ekonomi dan infrastruktur ini, masalah-masalah kesejahteraan sosial di Subang akan dapat diatasi, dan kualitas hidup masyarakat Subang akan meningkat dari waktu ke waktu.

“Dengan kawasan ini, kita harap masalah-masalah kesejahteraan sosial di Subang akan terselesaikan dari tahun ke tahun,” tegasnya.

Dekan FISIP UI, Prof. Dr. Semiarto Aji Purwanto, menggarisbawahi pentingnya kolaborasi di ASEAN dalam menangani masalah kesejahteraan sosial di tengah tantangan globalisasi dan ketimpangan ekonomi.

Simposium ini dihadiri oleh 58 partisipan dengan 26 presenter, serta melibatkan diskusi dalam 4 cluster utama yang mencakup berbagai topik kesejahteraan sosial.

Kegiatan itu menjadi wadah penting untuk menghasilkan ide-ide dan inovasi yang dapat dijadikan landasan bagi kebijakan kesejahteraan sosial di masa depan.(adv/clue)

By Redaksi

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *