Editorial
Situasi antar paslon menuju detik – detik hari pencoblosan pilkada semakin memanas. Ketiga paslon berloma mencuri hati masyarakat Subang.
Paslon nomor urut 1, Jimat-Aku gencar mengumpulkan dukungan dari berbagai komunitas. Tak tanggung-tanggung, deklarasi dukungan sudah lebih dari 50 komunitas dari berbagai kalangan. Dari mulai ormas, aliansi buruh hingga komunitas motor trail, ramai-ramai mendukung Jimat-Aku.
Hal itu sudah pasti merupakan bagian dari strategi dari tim pemenangan. Meski tak muncul dipermukaan, strategi Farah bersama sejumlah tokoh senior Subang dalam memenangkan Jimat-Aku, terlihat begitu masif.
Begitu pula paslon nomor urut 2, tim yang dinahkodai oleh Ojang Sohandi pun tak mau kalah. Pasangan Religius juga gencar melakukan blusukan ke berbagai daerah untuk bertatap muka dengan masyarakat secara langsung. Sebagai calon bupati Subang paling muda, Rey semakin gencar berkampanye dari pintu ke pintu.
Tak hanya blusukan, seluruh masyarakat Subang pun dapat melihat angkutan umum sudah banyak ditempeli stiker Religius. Angkot – angkot dari semua jurusan di Kabupaten Subang sudah banyak memampang stiker bertuliskan “Coblos nu Make Iket” miliknya Religius.
Gerak kampanye paslon nomor urut 3 yang sudah dimulai sejak jauh-jauh hari sebelum pendaftaran juga seakan tak surut. Kunjungan ke pesantren dan desa-desa kerap dilakukan ASLINA.
Baliho-baliho yang memperkenalkan ASLINA juga bertebaran di kota sampai ke desa. ARD sejak awal memang diusung oleh Partai NasDem yang dinahkodai Eep Hidayat.
Keberhasilan Eep Hidayat memenangkan H. Ruhimat pada Pilkada 2018 lalu juga menjadi legacy bahwa Eep masih menjadi politikus ulung yang patut diwaspadai paslon lain.
Sejak didaulat sebagai panglima tempur paslon nomor urut 3 yang diusung NasDem, PKB dan PPP, Eep terlihat semangat menyusun strategi pemenangan.
“Insya Allah, harus menang,” kata Eep Hidayat usai rapat tim ASLINA di Kantor DPC PPP di Jl. KS Tubun, Subang.
Eep juga terlihat hadir saat pendaftaran ke KPU dan berbicara mengenai strategi ASLINA yang akan berfokus pada pembangunan yang inklusif. ARD bahkan menjadi calon pertama yang mendaftar ke KPU.
“Sudah disepakati, hal pertama kalau ASLINA menjadi bupati dan wakil bupati Subang maka yang pertama yang akan diperhatikan penyandang disabilitas, Tuna Netra. Kaum dhuafa,” ujar Eep dihadapan tim pemenangan ASLINA.
Saat itu, semangat Eep dalam memenangkan ASLINA masih terasa. Masih bisa menakuti lawan. Terlebih, kombinasi Eep dan ARD yang berhasil memenangkan Jimat di periode sebelumnya juga layak dipertimbangkan. Seolah, semua orang tahu bahwa mereka sudah menyiapkan hal besar.
Namun, Eep yang bahkan bisa disebut sebagai sang maestro dalam hal lobi – lobi politik kini seakan tenggelam ditelan bumi. Geraknya tak lagi terlihat.
Hal itu mulai terasa saat pengundian nomor urut cabup-cawabup 23 September lalu. Jangankan Eep, bendera NasDem pun tak terlihat dalam acara tersebut.
Dalam survey yang terbit pada 13 Oktober lalu, ASLINA unggul di basis suara partai NasDem dan dua partai pendukung Jimat yaitu Demokrat dan Hanura. ARD masih menjadi top of mind calon bupati yang menduduki urutan kedua setelah Ruhimat dengan persentase 8,9 persen.
Namun tak ada respon dari Eep, hanya ada respon ARD saja.
Kamera media saat ini belum juga memiliki potret kebersamaan ARD bersama Eep setelah pendaftaran paslon. Padahal pilkada tinggal menghitung hari.
Kemana Eep Hidayat?