SUBANG-Mimpi warga Subang untuk memiliki pasar tradisional yang tertata nampaknya masih belum bisa terealisasi hingga saat ini. Kesan kumuh, becek, dan semrawut masih lekat dengan pasar tradisional di Kabupaten Subang.
Berdasarkan penelusuran jurnalis Cluetoday di tiga pasar tradisional di Subang, kondisi pasar yang becek, aroma tidak sedap yang ditebar, dan kotor seakan belum berubah sama sekali sejak dulu.
Pasar Pujasera contohnya. Dibangun sejak 1980 oleh Pemkab Subang diatas tanah seluas 2.500 meter di jantung kota Subang. Alih-alih menjadi ikon perdagangan dan etalase ekonomi Kabupaten Subang, Pasar Pujasera terlihat memprihatinkan. Padahal, Pasar Pujasera sempat menjadi lokasi favorit berbelanja warga Subang.
Sejak kebakaran hebat yang melanda Pasar Pujasera pada 2012 lalu, Pemkab Subang beberapa kali berencana untuk merevitalisasi pasar. Ramai kabar tentang Pasar Pujasera yang akan disulap menjadi pusat perbelanjaan modern pada 2016 lalu, hingga kini rencana tersebut masih menjadi wacana.
Kehilangan Pelanggan
Imbasnya para pedagang Pasar Pujasera kini harus menelan kenyataan kehilangan para pelanggannya. Salah satu pedagang Pasar Pujasera, Ineu, menuturkan kondisi kumuh, jalan jelek, dan penataan sampah yang buruk membuat dagangannya kini sepi pengunjung.
“Lihat saja, bangunan sudah mau rubuh. Orang juga sekarang malas datang kesini karena jalanannya jelek dan becek. Terus kan bau sampah menyengat dekat dengan dagangan kita. Sepi sekarang gak kaya dulu,” ujarnya.
Dianggap prioritas sebagai penyangga ekonomi ditengah derasnya arus pembangunan kawasan industri di Kabupaten Subang, Presiden Joko Widodo sampai menyempatkan diri untuk melihat langsung kondisi Pasar Pujasera pada 27 Desember 2022 lalu.
Selain masalah revitalisasi pasar, Pujasera juga dihadapkan dengan masalah parkir dan pedagang kaki lima yang semrawut sehingga kerap mengakibatkan kemacetan. Bahu jalan digunakan untuk parkir sehingga jalan sempit dan memicu kemacetan.
Tak jauh berbeda dengan Pasar Pujasera. Kondisi Pasar Panjang Subang juga tak kalah semrawut. Saat memasuki kawasan Pasar Panjang, kita akan disambut dengan jalan berlubang dan genangan air yang cukup dalam.
Pedagang kaki lima maupun pedagang sayur bebas berjualan di bibir jalan sehingga mengakibatkan kemacetan. Pasar Panjang bertambah semrawut karena pembeli biasanya memilih parkir kendaraan di pinggir jalan.
Seorang pedagang Pasar Panjang, Ujang, sebenarnya berharap pengelola pasar bisa menata tempat dirinya mencari nafkah tersebut. Ia khawatir, lama kelamaan pelanggannya bisa beralih ke pasar swalayan.
“Harapan saya semoga pemerintah melirik pasar ini untuk dibenahi dan dikelola dengan baik. Saya takut pelanggan kabur ke pasar swalayan,” ungkap Ujang.
Meski kondisi pasar tradisional di Subang masih kumuh dan berantakan, namun beberapa pembeli masih memilih untuk berbelanja di pasar tradisional. Mereka menilai pasar tradisional menawarkan harga yang lebih murah.
“Sebetulnya untuk harga, pasar ini memiliki keunggulan karena lebih murah. Cuma ya gitu, jalan becek, parkir susah, bangunannya juga kumuh dan penataannya berantakan,” tutur Sari yang sedang berbelanja di Pasar Panjang.
Tidak Tergantikan
Senada dengan Sari, salah seorang pengunjung Pasar Terminal, Dian, juga mengungkapkan hal yang sama. Dian menilai pasar tradisional memiliki daya tariknya sendiri. Menurutnya ia bisa berbelanja sambil juga bersosialisasi di pasar tradisional. Misalnya, Dian memiliki pedagang-pedagang langganan yang sudah Ia anggap layaknya teman.
“Jadi punya keterikatan gitu sama pedagang-pedagangnya. Kalau lama kita gak belanja pasti ditanya kabarnya. Bisa belanja sambil ngobrol. Yang jadi favorit ibu-ibu tentunya kita disini bisa menawar harga. Kalau di swalayan gak bisa kan,” terangnya.
Dian berharap pengelola pasar tidak hanya membangun pasar secara fisik saja. Namun juga mengelola dan memerhatikan kondisi toilet, parkir, dan menjaga ketersediaan dan harga barang.
“Kita kalau ke pasar pasti gak mau ke toilet karena jorok. Tempat parkir juga gak nyaman. Padahal saya bayar parkir. Terus kalau bisa pengelola pasar juga perhatiin tuh barang yang sering susah didapet kan suka berimbas ke harga, kaya waktu minyak goreng kemarin. Misal semua itu terpenuhi, pasar bersih, nyaman, harga terjaga, pasti jadi favorit lah karena emang lebih enak ke pasar tradisional gini kalau belanja,” jelasnya.(clue)