Harga Saham BBCA Anjlok di Bawah Rp 9.000, Ini Penjelasan Manajemen

Foto : Bisnis.co

JAKARTA – Harga saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) terus mengalami tren penurunan. Kini berada di bawah level Rp 9.000 per saham. Pada penutupan perdagangan (6/2/2025), harga saham BBCA terkoreksi 1,92% ke level Rp 8.950 per saham. Bahkan sempat menyentuh Rp 8.925 yang menjadi titik terendah dalam enam bulan terakhir.

Mengutip Kontan, saham BBCA telah mengalami penurunan sebesar 3,76% dalam sepekan terakhir, serta anjlok 9,6% secara year-to-date. Penurunan ini terjadi di tengah berbagai sentimen negatif, termasuk isu serangan ransomware yang beredar di media sosial.

Menanggapi kabar tersebut, manajemen BBCA menegaskan bahwa keamanan data nasabah tetap terjaga.

“Saat ini, kami memastikan bahwa data nasabah tetap aman,” ujar Hera F. Haryn, EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA.

Hera menjelaskan bahwa volatilitas pasar saat ini banyak dipengaruhi oleh kondisi makroekonomi global. Ia menyebut bahwa faktor utama yang memengaruhi penurunan harga saham BBCA adalah meningkatnya daya tarik imbal hasil US Treasury. Serta penguatan indeks dolar AS (Dollar Index) akibat kebijakan pemerintahan Presiden AS, Donald Trump.

“Sejumlah faktor yang mempengaruhi adalah menariknya imbal hasil US Treasury serta penguatan indeks dolar AS (Dollar Index), sebagai dampak dari kebijakan pemerintahan Presiden AS Donald Trump,” kata Hera.

Foto : Kumparan

Saham BBCA juga mengalami tekanan akibat penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang turun 1,96% ke level 6.886,86 pada akhir sesi perdagangan. Selain itu, investor asing tercatat melakukan aksi jual bersih (net sell) atas saham BBCA, sehingga semakin menekan harga saham bank dengan kapitalisasi pasar terbesar di Indonesia ini.

Saham BBCA Anjlok, Ada Lonjakan Beban Operasional 15 Persen

Sucor Sekuritas yang merupakan perusahaan jasa keuangan menganalisis dan menjelaskan bahwa laporan keuangan BBCA pada kuartal IV 2024 menunjukkan perlambatan pertumbuhan pendapatan. BBCA membukukan laba bersih sebesar Rp 13,8 triliun, turun 3% secara kuartalan, yang disebabkan oleh lonjakan beban operasional sebesar 15%.

“Pada 2025, manajemen BBCA mengambil sikap yang lebih hati-hati. Persaingan pendanaan semakin ketat, sementara daya beli konsumen mulai melemah,” demikian analisis Sucor Sekuritas, dikutip dari Investor.id.

Sucor Sekuritas juga memperkirakan bahwa pertumbuhan kredit BBCA akan melambat menjadi 6-8% pada 2025. Jauh lebih rendah dari pertumbuhan 14% pada 2024. Kendati demikian, secara fundamental, BBCA tetap merupakan bank yang kuat.

Target harga saham BBCA pun direvisi turun menjadi Rp 11.500, meskipun rekomendasi beli tetap dipertahankan. Sementara itu, BCA terus mengimbau nasabah untuk berhati-hati terhadap modus penipuan yang mengatasnamakan perusahaan.

Hera menegaskan agar nasabah tidak membagikan data perbankan pribadi seperti BCA ID, password, One Time Password (OTP), dan PIN kepada pihak manapun.

“Jangan pernah bagikan data pribadi perbankan yang bersifat rahasia seperti BCA ID, password, OTP, dan PIN kepada siapapun,” tegas Hera.

Dengan berbagai faktor yang memengaruhi pergerakan saham BBCA, manajemen tetap berkomitmen untuk fokus pada fundamental bisnis serta menjaga kehati-hatian dalam menghadapi dinamika pasar global saat ini.

“Kami berkomitmen untuk memberikan nilai tambah yang berkesinambungan bagi seluruh pemangku kepentingan,” tutup Hera.(clue)

Baca juga : https://cluetoday.com/anggaran-ikn-masih-kosong-kementerian-pu-diblokir-semua/

Follow kami : https://www.instagram.com/cluetoday_?igsh=MWU2aHg0a3g2dHlvdg==

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *