Cegah Tawuran Remaja, Ruang Kreatif di Subang Perlu Diperbanyak

Polsek Pusakanagara saat mengamankan pelajar yang hendak tawuran. Foto: istimewa

Subang–Sebuah video para remaja berkendara sembari menenteng senjata tajam, viral di media sosial. Diunggah akun @pamanukan_pantura di laman Instagram pada Kamis (06/02/25).

“Sejumlah pemuda membawa senjata tajam di jalan Raya Pantura Ciasem Subang. Hari Kamis 06/02/25,” tulis takarir video tersebut.

Kejadian seperti itu bukan pertama kali terjadi di Subang. Pada 26 Januari lalu, Polsek Kalijati menggagalkan sekelompok remaja yang diduga akan melakukan tawuran. Lima pelajar terpaksa dibawa ke Mako Polsek Kalijati dengan barang bukti sebuah celurit panjang.

“Rencananya ke 5 pelajar tersebut akan melakukan tawuran dengan menggunakan senjata tajam celurit berukuran panjang dan Sabit,” kata Kapolsek Kalijati, AKP Teguh Sujito, Senin (27/1/2025), dalam keterangan terlulis.

Masih teringat, pelajar salah satu SMP di Kecamatan Subang, bernama M. Idham (16) meninggal dunia usai dikeroyok kelompok bermotor, pada Minggu (26/5/2024). Polres Subang berhasil menangkap lima pelaku. Satu diantaranya masih berstatus dibawah umur.

Penjabat (Pj) Bupati Subang saat itu, Imran, mengatakan sangat prihatin atas peristiwa memilukan ini. “Saya mengutuk keras peristiwa yang dialami oleh Muhamad Idham yang menjadi korban keganasan geng motor di Subang 11 hari silam. Saya berharap ini peristiwa terakhir, semoga tak terjadi lagi dikemudian hari,” ujar Imran (5/6/24).

Dua kejadian tersebut hanya sekeping contoh dari fenomena kekerasan yang melibatkan para remaja atau istilahnya fenomena ‘Gunung Es’.

Cerita Baik Sang “Mantan”

Seorang mantan pelaku kekerasan, Rizky, bukan nama sebenarnya, bercerita kepada Cluetoday. Ia pernah beberapa kali berurusan dengan pihak Kepolisian gara-gara tindakan kekerasan. Tawuran, pengeroyokan, bukan hal yang asing bagi dia, kala itu.

“Wah, dulu mah, udah biasa ngelakuin kayak gitu (kekerasan),” kata Rizky, pada Kamis (06/02/25) di sebuah cafe di Subang.

Motifnya beragam. Mulai dari urusan persaingan gengmotor, eksistensi, akibat konsumsi miras hingga gara-gara saling ejek.

Kini, ia mulai meninggalkan masa kelam itu. Rizky sekarang aktif memimpin sebuah organisasi. Energinya dialihkan ke ruang kegiatan positif. Seperti advokasi warga, kajian keilmuan, dan memulai wirausaha.

“Sekarang udah gak kayak gitu. Insaf, lah. Tobat,” kata Rizky.

Pentingnya Ruang Kreatif

Dalam kesempatan berbeda, Endang, Psikolog dari Dinas Pemberdayaan Perempuan Keluarga Berencana Perlindungan Perempuan dan Anak (DP2KBP3A) Subang, mengatakan mengalihkan energi para remaja ke hal positif penting dilakukan.

Di usia transisi anak ke remaja, menurut Endang, hasrat keingintahuan terhadap hal baru dan eksistensi tinggi. Selain itu, fase pencarian jatidiri. Sehingga, faktor peer group, seperti teman sebaya dan kualitas keluarga menjadi faktor utama mendukung fase tersebut.

“Saya pernah nanganin anak yang tawuran. (Alasannya) diajak temen, solidaritas kawan. Udah punya peran masing-masing (saat tawuran),” kata Endang.

Anak atau remaja perlu juga diajarkan sikap Asertif. Mengutip dari Halodoc.com, sikap asertif adalah keterampilan berkomunikasi dalam menyampaikan pesan atau inti yang akan disampaikan dengan sikap yang tegas dan lugas.

“Sikap asertif ini kadang sulit. Kalo diajak tuh, menolak sulit. Kadang alasannya solidaritas, takut dibully,” terang Endang.

Endah melanjutkan, keinginan untuk menunjukkan eksistensi dan jatidiri “ego-ke-akuan” menjadi alasan. Sehingga sikap mengatakan “tidak” atau “menolak” ketika diajak hal negatif, perlu ditanamkan pada anak.

Peran orangtua, guru, dan pemerintah penting dalam pembinaan, pengawasan, hingga assesmen tentang minat bakat para anak-remaja. Diharapkan eksistensi dan ekspresi mereka bisa disalurkan. Catatannya, ruang atau fasilitas kreatif harus difasilitasi.

Diharapkan “ekspresi jalanan” bisa dialihkan ke ruang yang positif. “Mereka, kan, eksistensi. Ego “saya siapa?”. Bagi (usia) mereka eksistensi jatidiri penting,” kata Endah.

“(Fasilitas) media-nya penting. Orangtua, pemerintah, memfasilitasi minat bakatnya kemana. Medianya harus difasilitasi,” pungkasnya.

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *