SUBANG – Junayah, 60 tahun, di hari ketiga bulan ramadan ini, terpaksa sahur dengan menyantap sisa makanan buka puasa hari kemarin. Di tengah air hujan yang masuk ke rumah karena atap yang bolong menganga. Gelap tanpa aliran listrik PLN pun menemani sahurnya. Pasalnya, rumah yang Ia huni bersama anak bungsunya, rusak parah akibat angin Puting Beliung pada Rabu (13/03) malam.
Dengan kerut didahinya, Ia mencoba mengingat peristiwa semalam. Angin berputar kencang, Puting Beliung. Peristiwa yang pertama kali terjadi di desanya, Desa Rawamekar, Dusun Tegalpanjang, Kecamatan Blanakan, Kabupaten Subang.
“Angin gede. Saya ada rumah bareng Ilham (putra bungsunya), mau berangkat terawih. Ilham gak mau keluar, karena anginnya gede,” ujar Junayah.
Tidak hanya dialami Junayah, dampak dari angin kenceng ini menyebabkan 16 rumah warga rusak, 1 penggilingan padi rusak, 5 kandang domba rusak, tiang listrik dan jaringan telekomunikasi tertimpa reruntuhan rumah. Bahkan, saking besarnya pusaran angin, atap rumah warga yang terbuat dari baja ringan copot dari bagian bangunan rumah dan terbang sejauh radius 60 meter, menimpa warung dan tiang listrik.
Bencana serupa juga terjadi di Desa Cilamaya Hilir dan Desa Tanjungtiga, pada malam yang sama. Semuanya masuk wilayah Kecamatan Blanakan. Tidak ada korban jiwa dalam bencana ini. Peristiwa ini menambah catatan bencana yang terjadi di Kabupaten Subang.
Angin Kencang dan Puting Beliung Paling Banyak Terjadi di Subang
Menurut hasil olahan data Cluetoday dari data Rekapitulasi Kejadian Bencana Di Kabupaten Subang yang dirilis dari BPBD Subang, tahun 2023 telah terjadi 57 peristiwa angin kencang dan 27 kali Puting Beliung. Dari data tersebut, Kecamatan Subang menjadi wilayah tertinggi, dengan 36 peritiwa angin kencang dan 7 puting beliung. Disusul Legonkulon dengan 7 peristiwa puting beliung, Cijambe 5 peristiwa angin kencang. Awal tahun 2024, januari sampai 2 maret, BPBD Subang mencatat telah terjadi 34 peristiwa angin kencang.
Termasuk peristiwa pohon tumbang yang terjadi di depan gedung Perpusda, Jl. Jenderal Ahmad Yani, Pasir Kareumbi, pada Rabu (28/02/2024). Dalam catatan BPBD diduga karena angin kencang. Akibatnya, Atin (50) yang sehari-hari berjualan nasi timbel, meninggal tertimpa pohon.
Menurut Peraturan Kepala BMKG No. Kep. 09 Tahun 2010, Angin Kencang adalah angin dengan kecepatan diatas 25 (dua puluh lima) knots atau 45 (empat puluh lima) km/jam. Sedangkan Angin Puting Beliung adalah angin kencang yang berputar yang keluar dari awan Cumulonimbus (Cb) dengan kecepatan lebih dari 34,8 (tiga puluh empat koma delapan) knots atau 64,4 (enam puluh empat koma empat) kilometer (km)/jam dan terjadi dalam waktu singkat.
Kondisi geografis mempengaruhi terjadinya angin kencang maupun puting beliung. Data BNPB pada tahun 2023, provinsi pulau Jawa terjadi 114 puting beliung. Posisi pulau Jawa yang dikelilingi lautan dan samudera, sehingga arus angin dari wilayah-wilayah tersebut mempunyai perbedaan suhu, tekanan dan kelembapan yang relatif tinggi.
Sebagaimana ditulis dalam Emiliya Nurjani, dkk. (2013), letak pulau dan keadaan topografi yang beragam, seperti perbukitan, pegunungan, lembah, dan dataran rendah, memungkin terjadi perbedaan suhu yang tinggi. Sehingga mempengaruhi gerakan angin.
Penanganan Pasca Bencana di Blanakan
Menurut Kepala Dinas Sosial Kabupaten Subang, Drs. H. Deden Hendriana, saat kunjungan ke warga terdampak puting beliung Blanakan, Kamis (14/03), pihaknya sedang mempersiapkan kebutuhan warga terdampak.
Pihak akan menyiapkan dapur umum dan tenda pengungsian jika sewaktu-waktu dibutuhkan warga terdampak. Namun, sekarang masih menunggu laporan yang disusun pihak desa dan kecamatan.
“Saat ini lagi pendataan oleh Desa dan Kecamatan, untuk solusi tercepat dan normalisasi keadaan,” ujar Kepala Dinsos Subang.
Menurutnya, di tengah cuaca ekstrim sekarang, pemerintah sudah melakukan mitigasi, baik dari kesiapan personel maupun logistik.
“Sudah melakukan persiapan-persiapan. Perbekalan dan sebagainya sudah dilakukan. Dari Pak Bupati sampai lini terbawah,” kata Deden, pada Rabu (14/03). (clue)