Anomali Hujan Menjadi Penyebab Longsor Cipondok, Pemerintah Subang Perlu Langkah Preventif

ilustrasi by Antara

Bencana alam memang sulit dihindari. Namun bukan berarti tidak dapat diprediksi dan diterima begitu saja. Manusia dapat menganalisanya melalui beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya bencana.

Salah satu bencana alam yang terjadi di Subang baru – baru ini adalah bencana tanah longsor yang terjadi di mata air Cipondok 7 Januari 2024. Kejadian tersebut telah menewaskan 2 orang warga dan puluhan orang mengalami luka – luka.

Selain menimbulkan korban jiwa, bencana alam kerap meninggalkan kerusakan. Baik kerusakan berat, sedang maupun ringan.

Data BPBD Kabupaten Subang merilis total kerusakan dari longsor mata air Cipondok tersebut. Longsor yang terjadi  telah merusak 2 hektar lahan persawahan, 3 kolam ikan, 5 buah warung dan 40 rumah rusak. Mau tidak mau, masyarakat terdampak harus mengungsi ke tempat yang aman, selain rumah yang telah rusak, masyarakat khawatir akan adanya longsor susulan.

Pencarian yang telah dihentikan sejak 8 Januari karena korban hilang sudah ditemukan. Bencana yang menewaskan 2 orang warga setempat tersebut menimbulkan trauma bagi masyarakat sehingga diperlukan pemulihan mental terutama bagi anak – anak yang terdampak. Bencana tersebut meninggalkan pertanyaan mengenai penyebab utama terjadinya tragedi nahas tersebut.

Selain korban jiwa, dampak kerusakan terjadi pada fasilitas air bersih. Sebanyak 10.000 warga tak dapat mengakses air untuk kebutuhan.

Longsoran yang menutupi sumber mata air tersebut, menutup akses air bersih untuk tiga kecamatan. Dalam hal ini, PDAM bergerak cepat dalam pemulihan akses air bersih. Meskipun tak kembali seperti semula, masyarakat yang terdampak diharapkan dapat memenuhi kebutuhan mendasar.

Lantas, apakah penyebab utama dari bencana alam ini?

Daerah Subang Selatan merupakan daerah pegunungan yang rawan bencana. Longsor menjadi ancaman bagi warga yang tinggal di daerah dataran tinggi. Selain menjadi jalur penghubung menuju Lembang dan Bandung, Subang Selatan adalah wilayah yang memiliki sejumlah pariwisata. Sehingga, bencana longsor yang kerap terjadi di daerah tersebut juga membuat khawatir pelaku perjalanan yang melawati jalur. Bahkan, sumber mata air Cipondok juga merupakan tempat wisata alam.

Bencana longsor kerap terjadi di musim penghujan. Sepanjang tahun 2023, BPBD melaporkan telah terjadi bencana longsor sebanyak 38 kejadian. Jumlah tersebut belum termasuk longsor Cipondok, Kasomalang yang terjadi pada 7 Januari 2024.

Sebelumnya, terdapat dugaan penyebab longsor adalah meluapnya Sungai Cipunagara. Debit air hujan yang tertampung di Sungai tidak dapat ditampung dan menyebabkan banjir bandang. Namun, debris flow atau banjir bandang bukanlah menjadi penyebab utama longsor.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana (PVMB) Badan Geologi Kementrian ESDM Sumaryono menyebutkan, hujan lebat memang menjadi pemicu terjadinya longsor Cipondok. Hujan lebat menyebabkan air terus menerus masuk kedalam cekungan hingga bencana longsor tidak dapat dihindari.

BMKG telah mengkalisifikasikan nilai ambang batas intensitas hujan harian. Apabila intensitas curah hujan disuatu daerah mencapai lebih dari 150 mm/hari maka hujan tersebut dikategorikan hujan ekstrem.

Sebelum dan saat kejadian, PVMBG menyebutkan curah hujan daerah tersebut mengalami anomali. Intensitas hujan mencapai 200 mm selama dua hari. 

Biasanya, 200 mm adalah intensitas hujan yang terjadi selama 15 sampai 20 hari. Bayangkan, hujan selebat itu dipadatkan menjadi dua hari.

Akibatnya, air terus menerus masuk kedalam cekungan dan menyebabkan terjadinya debris flow atau limpasan air dan longsor tidak dapat dihindari.

Terjadinya longsor di daerah mata air Cipondok bukan disebabkan oleh aktivas perusahaan. Secara morfologi, daerah tersebut merupakan daerah rawan longsor.

Pada titik kejadian yang merupakan daerah terjal, ditemukan longsoran yang telah terjadi bahkan sebelum adanya aktivitas perusahaan. Hasil peninjauan PVMBG, setidaknya terdapat tiga jejak longsoran dilokasi yang sama dengan skala yang berbeda – beda. Namun, kejadian longsor 7 Januari memiliki skala longsoran yang besar.

Saat ini, lereng tersebut masih memiliki retakan dan berpotensi mengalami longsor susulan. Akibatnya, sejumlah warga masih dihimbau untuk mengungsi dan menjauhi lokasi.

Lalu, apa tindakan yang dilakukan pemerintah?

Saat ini, tindakan penanggulangan masih terus dilakukan untuk korban terdampak longsor Cipondok. Mulai dari akses air bersih, bantuan logistik dan trauma healing. BPBD juga melalukan pemetaan daerah rawan bencana, termasuk longsor.

Hal yang tidak kalah penting adalah langkah preventif. Subang Selatan yang merupakan daerah rawan bencana perlu strategi konkret untuk mencegah terjadinya hal serupa. Saat ditemui oleh Cluetoday, BPBD masih melakukan tahap himbauan melalui poster, banner dan sosialisasi media sosial.

Selain itu, BPBD Kabupaten Subang telah memiliki aplikasi yang dapat digunakan untuk mengakses informasi bencana. Aplikasi yang diberi nama Sikilat Bencana merupakan wadah bagi masyarakat agar dapat mempelajari upaya – upaya menghindari bencana secara mandiri.

Namun pemerintah tidak bisa hanya menciptakan aplikasi, masyarakat perlu langkah nyata dalam menyikapi hal ini. Pantauan yang tetap siaga dan juga peringatan dini perlu dilakukan untuk menghindari munculnya korban jiwa.  Salah – salah, bencana akan kembali merenggut nyawa.

Mata air cipondok merupakan salah satu sumber air terbesar yang menghasilkan debit air hingga 180 liter perdetik. Sumber mata air tersebut menjadi sumber air utama bagi 10.000 warga di tiga kecamatan. Untuk itu, keberadaannya sangat penting dan krusial.

Aktivitas perusahaan tersebut tidak menjadi penyebab longsor, justru membantu penyaluran air bagi masyarakat. Namun, penggubahan sumber mata air menjadi tempat pariwisata sepertinya perlu di kaji ulang.

Layaknya tempat wisata lain, Oom (50) yang merupakan salah satu korban jiwa dari tragedi nahas tersebut hanya berniat mencari nafkah. Namun, bencana yang tak dapat dihindari harus merenggut nyawanya dan meninggalkan duka mendalam bagi keluarga.

Melalui kasus ini, pemerintah haruslah lebih memberikan strategi dan langkah konkret demi mencegah terjadinya hal – hal serupa. Pemetaan dan pemantauan situasi daerah rawan longsor perlu ditanggapi lebih sigap.

Dalam kasus longsor Cipondok, tanda – tanda bahaya seharusnya dapat dikenali. Pasalnya, anomali hujan telah terjadi pada hari sebelum kejadian. Sehingga pihak terkait dapat menghimbau masyarakat untuk tidak berada dilokasi rawan longsor yang kini telah merenggut dua korban jiwa.(clue)

By Redaksi

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *