JAKARTA — Sosok Marsinah kembali menggetarkan hati rakyat. Aktivis buruh perempuan asal Nganjuk ini resmi menjadi pahlawan nasional setelah Presiden Prabowo Subianto menyerahkan gelar tersebut di Istana Negara, Senin 10 November 2025.
Marsinah lahir pada 10 April 1969 di Desa Nglundo, Nganjuk. Ia tumbuh dalam keluarga sederhana dan mulai bekerja di PT Catur Putra Surya (CPS), pabrik arloji di Porong, Sidoarjo. Rekan-rekannya mengenang Marsinah sebagai perempuan cerdas, berani, dan sangat peduli pada nasib sesama buruh.
Awal Mei 1993, buruh CPS menuntut hak kenaikan upah sesuai peraturan Gubernur Jawa Timur. Marsinah ikut memimpin aksi dan menyuarakan keadilan bagi para pekerja. Aksi itu berujung pada penangkapan 13 buruh yang dianggap provokator.
Marsinah mendatangi kantor Koramil untuk menanyakan nasib rekan-rekannya. Sejak saat itu, ia tidak pernah kembali. Tiga hari kemudian, warga menemukan jasadnya di hutan Wilangan, Nganjuk. Tubuhnya penuh luka dan memunculkan dugaan penyiksaan berat.
Tragedi tersebut mengguncang publik. Marsinah menjadi simbol perjuangan buruh dan keberanian perempuan di masa Orde Baru. Meski pelakunya tak pernah terungkap, semangatnya terus hidup dalam gerakan pekerja Indonesia.
Menteri Sosial Tri Rismaharini menyebut, Marsinah layak menerima gelar pahlawan nasional karena perjuangannya menegakkan keadilan tanpa rasa takut.
“Marsinah menunjukkan bahwa keberanian bisa lahir dari hati yang tulus memperjuangkan kebenaran,” ujar Risma di Jakarta.
Sementara itu, Ketua Sarbumusi Irham Ali Saifuddin menilai, pengakuan terhadap Marsinah menandai kemenangan moral bagi rakyat kecil.
“Ia melawan penindasan dengan suara jujur, bukan kekerasan. Itulah kepahlawanan sejati,” katanya.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menegaskan bahwa usulan gelar tersebut sudah bergulir sejak 2022 melalui serikat buruh di Jawa Timur. Ia menyebut pengakuan ini sebagai bentuk penghormatan atas perjuangan rakyat pekerja.
Kini, nama Marsinah tercatat sejajar dengan pahlawan nasional lain. Ia meninggalkan warisan berharga: keberanian untuk menegakkan hak dan keadilan, meski tanpa senjata. (clue)

