Clue Academy Gelar Diskusi Pilkada, Gen Z : Tolak Money Politic!

SUBANG – Isu money politik dalam menghadapi pilkada 2024 menjadi isu yang menarik.

Peperangan idealisme dan kondisi politik di masyarakat yang bahkan menormalisasi adanya politik uang, seakan tarik menarik.

Untungnya, para generasi muda yang kini dapat kita sebut sebagai Gen Z semakin aktif mendeklarasikan penolakan terhadap kampanye hitam tersebut.

Berangkat dari hal itu, Clue Academy menginisiasi adanya diskusi publik bertajuk “Gen Z Ngomongin Pilkada : Pilkada Tanpa Politik Uang, Mungkinkah?“.

Dihadiri sejumlah gen Z dari berbagai organisasi, kampus dan komunitas, diskusi interaktif digelar di Warjo, Soklat pada Selasa (5/11/2024) sore.

Dimulai dengan membedah statement kontroversial dari Hugua, mantan komisi II DPR RI yang ingin melegalkan politik uang, diskusi publik ini menjadi forum adu gagasan dan ajang untuk bertukar pandangan politik.

Mother of Corruption

Ketua JBZ Subang, M Fachmi Fachrurrozi yang hadir sebagai pembicara menyebutkan bahwa pilkada ini menjadi penting mengingat, pemimpin terpilih akan menentukan masa depan kita 5 tahun kedepan.

“Pilkada ini jadi penentu arah kedepannya. Masa depan Subang bahkan masa depan Negara kita,” katanya.

Fachmi menyebutkan bahayanya money politik yang merupakan “Mother of corruption” atau cikal bakal utama dari praktik korupsi.

“Money politik ini adalah ibunya korupsi, karena menggunakan uang atau suap,” ungkapnya.

Money Politic Telah Jadi Budaya

Mayoritas gen z adalah pemilih baru yang baru saja terjun untuk menggunakan hak suaranya.

Edukasi dan sosialisasi mengenai demokrasi dan pemilihan umum menjadi penting. Menariknya, Sri Sakinah yang pertama kali menggunakan hak suaranya sudah sangat familiar dengan permainan uang untuk membeli suara.

Sri menyebutkan hal itu bahkan terdengar terlalu sering dan bahkan sudah seperti budaya.

“Tahun 2024 ini, merupakan tahun pertama dalam pemilu. Pertama saya memilih saat pilpres kemarin,” kata Sri, Aktivis Perlindungan Anak yang hadir menjadi salah satu pembicara.

Sebagai pemilih pemula, Sri menyebutkan bahkan sering mendengar dan melihat bahwa money politik sudah menjadi bagian dari strategi politik.

“Serangan fajar. Sering banget terdengar. Hal itu bahkan menjadi sebuah strategi untuk memilih mereka. Money politik ini adalah budaya,” pungkasnya.

Normalisasi Money Politic

Saking seringnya praktik politic yang ditemukan dilapangan baik secara tersembunyi maupun pengalaman – pengalaman pribadi masyarakat, pemberian uang atau barang sudah pada tahap dianggap wajar.

Menariknya, masyarakat justru menantikan hal tersebut.

Sebagai generasi Z yang juga sepakat untuk menolak praktik politik uang, Nenden yang juga hadir dalam forum tersebut mulai menganggap itu tersebut meresahkan.

“Begitu banyak kegiatan kampanye seperti itu dan sangat meresahkan,” katanya.

“Ketika masyarakat menyaksikan kampanye yang hanya sosialisasi program. Masyarakat justru, hah? Mana? (uang atau barangnya),” ungkap Nenden, Duta Baca dan pegiat literasi Subang.

Nenden menyayangkan, masyarakat yang hanya mementingkan keuntungan sesaat tersebut harus ditukar dengan masa depan.

“Hanya dengan uang 50 ribu kita harus menggantungkan masa depan kita selama 5 tahun, adil gak sih?,” ungkapnya.

Diskusi tersebut memantik banyak pendapat dari para audiens yang hadir. Mulai dari aturan – aturan yang berlaku hingga cara – cara memberantas politik uang yang tidak hanya terjadi di masyarakat, tetapi juga di badan penyelenggara.

Sejatinya, sebagai generasi muda, gen z memerlukan ruang untuk ikut berperan dalam menjadi agent of change dalam berbagai konteks termasuk isu – isu penting dalam pemilihan umum.

Diungkapkan oleh Nenden, dirinya berterima kasih kepada clue academy yang telah memfasilitasi para gen z untuk membentuk ruang diskusi.

“Terima kasih kepada clue yang sudah membuka ruang diskusi publik. Kita anak – anak muda kadang memiliki sedikit ruang untuk diskusi tentang politik,” kata Nenden.

Diskusi ditutup dengan menyepakati bahwa money politik sudah seharusnya diperangi agar tidak diwajarkan dan dinormalisasi oleh masyarakat.

Tentunya, pendidikan dan edukasi yang massif dapat menunjang terselenggaranya pemilu yang sehat tanpa praktik – praktik uang yang meresahkan masyarakat demi terciptanya good people and good government.(ClueAcademy)

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *