SUBANG– Harapan manis pembangunan Bendungan Sadawarna yang digadang-gadang mampu mereduksi banjir sebanyak 11,7 juta meter kubik terasa kontras dengan nasib warga Desa Cibalandong. Desa yang kini harus terisolir akibat akses jalan menuju desa terendam air setiap kali hujan ataupun saat penggenangan Bendungan Sadawarna.
Mega Mustika (29) misalnya, harus berjibaku dengan kondisi jalan penghubung desa yang tak layak saat hendak pergi atau pulang mengajar di Desa Cibalandong. Setelah Bendungan Sadawarna diresmikan, Mega harus menggunakan perahu untuk mencapai tempatnya mengajar.
“Waktu dulu mau peresmian sempat dikasih pinjam perahu sama BBWS kalo gak salah. Jadi pake motor terus disimpan di tempat perahu gitu. Kita naik perahu terus dilanjut jalan kaki ke sekolahnya,” ungkapnya kepada Cluetoday, Kamis 23 Maret 2023.
Mega menuturkan, dirinya mengajar di salah satu sekolah dasar di Desa Cibalandong sejak Januari 2021 lalu. Setiap harinya, Mega berangkat mengajar dari rumahnya di Kelurahan Subang menuju Desa Cibalandong. Saat itu Ia mengaku akses jalan penghubung Desa Cibalandong sudah rusak. Kondisi ini semakin parah setiap tahunnya.
“Akses dulu saja susah, makin tahun bukannya makin bagus malah sekarang total gak bisa lewat,” ujarnya.
Mega sama sekali tidak bisa melintas untuk mengajar saat hujan datang. Jalan penghubung desa pasti terendam air cukup tinggi. Saat kondisi ini terjadi, pembelajaran di sekolah terpaksa dilakukan secara daring atau guru yang kediamannya berada di dekat sekolah harus mengajar di beberapa kelas sekaligus.
“Kalo hujan di beberapa titik licin banget, sampe warlok (warga lokal) aja ada yang lepasin (menjatuhkan) motornya terus dia jalan sampe bawah yang dirasa aman, baru ambil lagi motornya. Udah licin di beberapa titik, tambah lagi harus ketemu genangan-genangan yang lumayan tinggi. Tapi kalau hari ini total sih gak bisa lewat,” tutur Mega.
Dirinya juga mengungkapkan, warga Desa Cibalandong sangat berharap pemerintah dapat segera menyelesaikan pembangunan jalan lingkar luar. Warga juga meminta pihak pengelola Bendungan Sadawarna untuk tidak melakukan penggenangan sebelum jalan lingkar luar selesai. Pasalnya setiap kali dilakukan penggenangan, jalan penghubung desa pasti ikut terendam.
“Mereka ngeluh tapi belum nemu solusi. Mereka tuh gotong royong banget tapi tetep kalo tanpa bantuan dari pemegang kebijakan kan susah juga. Makanya paling gak’ mereka berharap bendungan jangan dulu diisi karena kan ada jalan lama yang mereka bisa lewatin walaupun jelek. Tapi sekarang jalan lingkar belum beres, bendungan diisi yasudah akses keputus. Mobil motor gak bisa lewat kecuali muter lewat Cijambe yang nambah hampir 10 kilometer dan melewati hutan-hutan,” ungkapnya.
Sebelumnya Menteri PUPR, Basuki Hadimuljo melalui laman resmi Keneterian PUPR meminta agar dibuat Standar Operasional Prosedur (SOP) Bendungan Sadawarna untuk acuan pengoperasian bendungan sebagai pengendali banjir.
“Ini sangat penting sebagai acuan kapan harus mengosongkan bendungan ketika ada prediksi hujan lebat. Jangan sampai telat dikosongkan karena akan membuat banjir,” kata Basuki.
Seperti diketahui, Bendungan Sadawarna memiliki luas genangan 681 hektare. Bendungan ini digadang-gadang memiliki fungsi untuk mensuplai irigasi lahan pertanian seluas 4.284 hektare di wilayah Kabupaten Subang dan Indramayu.
Bendungan Sadawarna juga diproyeksikan memasok air baku sebanyak 1,2 meter kubik per detik untuk tiga kabupaten disekitarnya dan akan menjadi potensi Sumber Tenaga Listrik sebesar 2 Mega Watt. Sadawarna diharapkan dapat mendukung ketahanan pangan dan pengendalian banjir di Provinsi Jawa Barat. (clue)