Ekspor Kopi Subang Sempat Terganggu, Imbas Perang Iran-Israel

Subang–Ekspor kopi dari Koperasi Gunung Luhur Berkah di Cisalak, Subang, sempat terkena dampak situasi perang di negara Timur Tengah dan Tarif Amerika Serikat. 

Pasalnya, komoditas kopi yang dikelola di Gedung SRG (Sistem Resi Gudang) Koperasi tersebut, sejak 2019 telah melakukan ekspor ke berbagai negara, termasuk Mesir, Uni Emirat Arab, Arab Saudi, Lebanon, Vietnam, dan kini Tiongkok. 

Menurut Ketua Koperasi Gunung Luhur Berkah, Miftahudin Shaf, negara-negara Timur Tengah menjadi tujuan rutin ekspor komoditas kopi. 

“Yang rutin itu ke Timur Tengah. Ke Mesir mungkin 70 persen dari total ekspor kita,” terangnya, usai pelepasan ekspor kopi ke Tiongkok, Senin (28/07/25) di Cisalak, Subang. 

Dalam periode Agustus 2024 hingga Mei 2025, koperasi tersebut berhasil mengekspor 960 ton kopi. Nilai ekspor yang dihasilkan mencapai 4,6 juta dolar AS. 

Miftah menyebut, perang Iran-Israel sempat mengganggu kelancaran pembayaran transaksi.

“Timur Tengah masih stabil sampai saat ini. Dengan situasi perang kemarin, mungkin masalah transaksi saja agak terganggu. Setelah itu kembali normal,” terang Miftahudin. 

Ketua Koperasi Gunung Luhur Berkah, Miftahudin Shaf (Batik). Foto: Cecep/Cluetoday.

Kendati demikian, situasi politik global yang tidak menentu, masih ada peluang. Pemberlakuan tarif nol persen ke Eropa dan tarif 19 persen AS, menjadi pangsa pasar yang berpotensi jadi andalan. 

“Adanya penerapan tarif di Eropa nol persen dengan kita itu menjadi kompetitif sendiri bagi produk kita masuk ke Eropa. Kemudian 19 persen AS jadi peluang juga,” terangnya. 

Wakil Menteri Perdagangan RI, Dyah Roro Esti. Foto: Cecep/Cluetoday.

Sementara itu, Wakil Menteri Perdagangan RI, Dyah Roro Esti, menyebut penerapan tarif 19 persen AS tetap menjadi peluang untuk meningkatkan ekspor produk-produk Indonesia ke AS. 

“Kita akan selalu akan berupaya untuk meningkatkan ekspor. Kita punya fasilitasnya di Kemendag melakukan Bussines Matching, bagaimana me-link kan UMKM atau IKM di Indonesia dengan potensi buyer di luar negeri,” terang Dyah. 

Selain itu, penerapan tarif nol persen melalui ratifikasi Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA) dinilai peluang besar ekspansi ekspor. 

“Pak Presiden langsung mengupayakan negosiasi tarif ke Amerika, dan ini jadi angin segar bagi dunia usaha kita,” tuturnya.

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *