Gencatan Senjata Tahap Pertama Israel-Palestina Disambut Gembira, Dunia Harap Perdamaian Berlanjut

Sumber foto: kompas

JAKARTA – Kesepakatan gencatan senjata tahap pertama antara Israel dan Palestina menjadi sorotan sukacita masyarakat internasional dan warga wilayah konflik.

Gencatan senjata ini mulai berlaku pada Kamis 10 Oktober 2025 pagi waktu setempat. Setelah Mesir, Qatar, dan Amerika Serikat memediasi perundingan panjang.

Kesepakatan ini mencakup penghentian serangan udara dan darat selama 72 jam. Jalur kemanusiaan di perbatasan Gaza dibuka untuk bantuan medis, makanan, dan bahan bakar.

Selain itu, Israel sepakat membebaskan sejumlah tahanan Palestina. Kelompok Hamas akan membebaskan beberapa sandera warga sipil sejak pecahnya konflik.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Mesir, Ahmed Abu Zeid, menyebut langkah ini sebagai “awal yang menjanjikan menuju stabilitas kawasan.”

“Kami berharap semua pihak dapat mematuhi kesepakatan ini demi mencegah bertambahnya korban sipil,” ujarnya dalam konferensi pers di Kairo.

Di Jalur Gaza, suasana haru bercampur bahagia menyelimuti warga yang selama berminggu-minggu hidup di bawah gempuran serangan.

Anak-anak tampak bermain di jalanan, sementara sebagian warga mulai membersihkan puing-puing bangunan mereka.

“Untuk pertama kalinya kami bisa tidur tanpa suara bom. Kami hanya berharap ini bukan sementara,” tutur seorang warga Gaza, Layla Hassan, kepada Al Jazeera.

Dari pihak Israel, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan gencatan ini bersifat “taktis dan sementara”. Namun tetap membuka peluang menuju dialog yang lebih luas jika situasi di lapangan stabil.

“Keamanan warga Israel tetap menjadi prioritas utama. Namun kami menghargai setiap upaya menuju perdamaian yang berkelanjutan,” kata Netanyahu.

PBB dan Uni Eropa turut menyambut baik langkah ini. Sekretaris Jenderal PBB António Guterres memuji peran negara-negara mediator, mendesak kedua belah pihak melanjutkan komunikasi untuk kesepakatan damai permanen.

Sementara itu, pengamat hubungan internasional dari Universitas Indonesia, Dr. Rizal Darmawan, menilai gencatan tahap pertama ini menjadi momentum penting.

“Jika gencatan ini berhasil dipertahankan hingga tahap kedua, maka kemungkinan besar akan membuka jalan bagi perundingan damai yang lebih serius,” ujarnya.

Meski masih ada kekhawatiran pelanggaran gencatan di beberapa titik perbatasan, banyak pihak menilai kesepakatan ini membawa harapan baru bagi jutaan warga sipil yang selama ini menjadi korban konflik berkepanjangan.

Dengan dimulainya gencatan senjata tahap pertama ini, dunia kini menaruh harapan besar agar upaya perdamaian Israel–Palestina tidak lagi berhenti di meja negosiasi.

Perdamaian ini harus segera terjadi pada kehidupan sehari-hari di kedua belah pihak. (clue)

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *