SUBANG – Motif kasus penganiayaan dan pembunuhan M. Rauf masih menyisakan tanda tanya di benak banyak orang, khususnya terkait dengan apa yang mendorong ibu korban untuk melakukan perbuatan tersebut terhadap anak kandungnya.
Dalam wawancara eksklusif Clue bersama seorang psikolog, Endang Sari S.Psi., M.Psi, yang menangani kasus bersama dengan Dinas P2KBP3A. M. Rauf, ia menyatakan bahwa ia sempat bertemu dengan ibu korban (N), Namun tak banyak obrolan yang terjadi diantaranya.
“Saya juga sempat ngobrol sama ibunya sebentar, tapi ga banyak sih,” ujar Endang.
Menilik dari sudut pandang ibu korban (N), Endang Sari menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab tindakan kejam itu terhadap anaknya.
“Untuk menyikapi kasus M. Rauf, jika dilihat dari segi ibunya, banyak faktor yang menyebabkan mengapa bisa sampai setega itu terhadap anaknya,” ujar psikolog Endang.
Endang menjelaskan dua faktor utama, yakni faktor internal dan eksternal yang terkait dengan kondisi yang memicu peristiwa penganiayaan hingga pembunuhan tersebut.
“Dari faktor internal seperti bagaimana persepsi ibu terhadap masalah yang dihadapinya, bahwa ibu selalu memandang Rauf dari sisi negatifnya, bahwa anak suka mencuri, nakal, dan lain-lain. Belum lagi, ada lebel dari lingkungan dan ketidakpercayaan kepada anak,” terangnya.
Psikolog Endang juga menyoroti faktor lain, yaitu bagaimana sang ibu mengelola emosi dan merespons situasi tertentu.
“Selain itu, bagaimana cara ibunya (N) mengelola emosi dan bereaksi terhadap sesuatu, dalam hal Rauf, ibunya selalu menggunakan kekerasan, baik fisik maupun verbal,” lanjutnya.
Mengenai faktor eksternal, Psikolog Endang Sari menunjukkan bahwa kurangnya dukungan sosial dan tekanan ekonomi serta konflik batin turut memengaruhi situasi ini.
“Dari segi eksternal seperti tidak adanya support system dari pasangan atau orang terdekat, bahkan lingkungan menyalahkan ibunya yang dinilai tidak bisa mendidik anak. Belum lagi tuntutan ekonomi, dan konflik batin,” tuturnya.
Ia menegaskan bahwa banyak kasus pembunuhan serupa meski anaknya tidak bermasalah. Terlepas dari kondisi anak, seorang ibu tetap membutuhkan dukungan sosial dan kenyamanan agar mampu berpikir jernih dalam menghadapi masalah.
“Banyak kasus ibu yang membunuh anaknya, yang tidak bermasalah (anaknya). Karena faktor eksternal tadi, jadi terlepas anaknya bermasalah atau tidak, seorang ibu membutuhkan support sistem dan rasa nyaman, sehingga mampu mengelola emosi dan berpikir jernih ketika ada masalah,” tambahnya.
Psikolog Endang menekankan bahwa semua ini kembali pada pola asuh, pendekatan dalam mendidik anak, dan pembentukan moral. Selain itu, peran ibu juga menjadi faktor krusial yang harus diperhatikan karena memengaruhi perilaku anak.
“Sebetulnya kembali lagi ke pola asuh, dan pendidikan moral. Tapi mungkin ya si ibu juga mendapatkan banyak tuntutan, baik dari segi ekonomi, ataupun konflik dalam dirinya,” pungkasnya. (clue)