Bagi Subang, Pilkada serentak 2024 telah membentuk sejarah baru. Pasalnya, Gubernur Jawa Barat terpilih berasal dari Subang, Dedi Mulyadi.
Subang juga menjadi salah satu wilayah yang akan dijadikan rumah dinas Gubernur Jawa Barat. November lalu, Dedi menyebut akan berkantor di 5 wilayah.
“Saya akan ngantor di lima wilayah, wilayah 1 di Bandung, Cimahi, KBB, Kabupaten Bandung, Sumedang. Wilayah 2 adalah Cirebon, Indramayu Majalengka, Kuningan, Wilayah 3 Subang Purwakarta Karawang Bekasi-Bekasi, Wilayah 4 di Bogor, Cianjur Sukabumi-Sukabumi Wilayah 5 di Ciamis, Garut, Tasik, Banjar, Pangandaran,” kata Dedi, Kamis (28/11/2024).
Selain itu, Bupati Subang terpilih merupakan bupati muda yang baru menginjak usia 28 tahun. Masyarakat menunggu gebrakan – gebrakan baru di Subang melalui kolaborasi tersebut.
Menjawab hal itu, Reynaldy pun berkunjung menemui Dedi Mulyadi dan membahas sejumlah program yang akan dilakukan. Selain menyatakan berani membongkar anggaran, Reynaldi yang kerap disapa Kang Bup juga siap melakukan pemerataan pembangunan di Subang.
Perbaiki 330 KM Jalan Rusak dalam 2 Tahun, Rey Berani Bongkar Anggaran
Melalui Channel Youtube Kang Dedi Mulyadi Channel, Dedi menanyakan keberanian Rey untuk membongkar anggaran infrastruktur jalan.
Rey menyebutkan sebanyak 330 KM jalan rusak di Kabupaten Subang. Jika dikalikan anggaran 2 milyar per KM, perbaikan jalan di Subang akan menelan anggaran Rp660 milyar. Rey menyebut perbaikan jalan harus diperbaiki secara serentak agar tidak ada kerusakan lanjutan.
APBD Subang, kata Rey, saat ini adalah Rp2,9 Triliun. Untuk belanja birokrat dalam hal ini gaji para pegawai akan memakan Rp1,4 Triliun, sehingga hanya tersisa Rp1,5 Triliun. Rey menyebut sebanyak Rp500 Miliar akan dialokasikan untuk perbaikan infrastruktur jalan secara serentak dan akan diselesaikan dalam 2 tahun kepemimpinannya.
“Upami sakedik – sakedik, ngke na rusak deui (Jika sedikit – sedikit, nantinya rusak kembali),” katanya.
Tentunya hal itu dibutuhkan komitmen dan ketegasan dari bupati agar program dapat direalisasikan sesuai dengan rencana. Rey pun tidak ragu dalam hal itu.
“Wani (Berani) Raja, teu aya beban (Tidak ada beban),” jawab Reynaldy menyambut tantangan bongkar anggaran yang ditanyakan Dedi.
Kolaborasi dengan Pemprov Jabar : Lahan PTPN Subang Akan “Dihutankan”
Selain perbaikan jalan yang direncanakan ingin tuntas selama 2 tahun kepemimpinan, Rey menyebut akan mengelola lahan – lahan Perkebunan yang tidak produktif. Dirinya menyebut, lahan tersebut lebih baik dikembalikan kepada masyarakat ketimbang harus terbengkalai tak terkelola. Pasalnya, kondisi lahan perkebunan saat ini, banyak yang tidak ditanami kembali oleh pihak PTPN.
Padahal, menurut Dedi, banyak hal yang terbentuk dari PTPN termasuk Rumah Sakit PTPN yang saat ini telah berganti manajemen. Subang bahkan bisa disebut Kabupaten Perkebunan.
“Atelir hasil Perkebunan, Wisma Karya hasil Perkebunan, Hotel Subang Plaza hasil Perkebunan, Hampir sadaya pembangunan di Subang hasil Perkebunan,” tutur Dedi menanyakan program pengelolaannya.
Dedi menawarkan kolaborasi dengan pemerintah Provinsi Jawa Barat terkait pengelolaan lahan PTPN. Dirinya mengajukan konsep untuk membangun zona hijau di lahan terbengkalai. Lahan tersebut akan ditanami berbagai jenis tanaman tahunan seperti beringin, pohon petai, jengkol dan buah – buahan tahunan lainnya.
Selama menunggu hasil tanaman tahunan, Dedi juga ingin menghidupkan kembali konsep budaya padi Huma dengan menanam padi di Kawasan hutan. Konsep persawahan tersebut biasanya mengandalkan sistem pengairan tadah hujan. Hal itu dimaksudkan untuk menambah penghasilan masyarakat yang mengelola.
Namun, masyarakat yang mengelola tidak hanya mengandalkan hasil bumi, ia menyebut akan menggaji para petani dengan konsep tenaga harian lepas yang didapatkan dari anggaran provinsi.
“Konsepna kieu (begini), eta dikolala ku pemerintah provinsi Jawa Barat, melalui dinas kehutanan provinsi Jawa Barat,” paparnya.
Proyek pengelolaan pembangunan kawasan hutan tersebut akan menjadi zona hijau baru di Kabupaten Subang. Namun tak hanya sekedar “Membuat Hutan” ia ingin dari sekian hektar hutan, beberapa wilayah dikerja samakan dengan pihak swasta untuk membangun Kawasan komersil seperti perhotelan.
Artinya, kolaborasi pemerintah Kabupaten Subang dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat memiliki perencanaan jangka Panjang maupun jangka pendek.
Reynaldy tak banyak berpendapat, dirinya setuju dengan usulan Dedi yang akan mengelola lahan Subang sedemikian rupa.
Yang lebih penting daripada perencanaan adalah eksekusi. Masyarakat Subang menunggu realisasi dari obrolan para pemimpin asal Subang dan realisasi dari idealisme bupati muda, Reynaldy.(Sin/Clue)