JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terjun tajam pada perdagangan Selasa siang 14 Oktober 2025. Menurut data Detik Finance, IHSG sempat turun ke kisaran 7.900-an sebelum akhirnya melemah 1,57% ke level 8.106,01.
Analisis dari berbagai pengamat menyebutkan bahwa kejatuhan mendadak ini akibat kombinasi faktor eksternal dan domestik.
Dari sisi global, meningkatnya ketegangan geopolitik dan ancaman pengetatan kebijakan Amerika Serikat, termasuk wacana tarif impor baru, menekan sentimen pasar saham di negara berkembang seperti Indonesia.
Sementara itu, faktor dalam negeri ikut memperparah koreksi. Salah satu pendorong signifikan adalah memburuknya defisit APBN. Detik Finance melaporkan bahwa defisit negara per September 2025 melebar menjadi 1,56 % dari PDB, atau sekitar Rp 371,5 triliun.
Analisis: Investor Beralih ke Aset Aman di Tengah Ketidakpastian Global
Analis Muhammad Wafi dari Korea Investment & Sekuritas Indonesia (KISI) mengatakan bahwa investor mulai mengambil posisi amannya (risk-off). Terutama setelah IHSG berada di zona overbought dan valuasi banyak saham sudah relatif tinggi.
“Koreksi ini lebih ke momen konsolidasi setelah reli panjang, jadi bukan sinyal tren bearish permanen,” ujarnya saat dihubungi.
Sektor perbankan dan emiten berkapitalisasi besar juga turut membebani indeks. Laporan Katadata menyebut bahwa IHSG anjlok sekitar 2,91 % di tengah sesi dan banyak saham BUMN keuangan seperti BBRI, BMRI, BBNI ikut tertekan.
Sementara itu, analis Herditya Wicaksana dari MNC Sekuritas menyampaikan kepada Liputan6 bahwa aksi jual asing (net foreign sell) dan aksi profit taking dari investor domestik memperkuat tekanan.
“Investor diperkirakan beralih ke instrumen yang lebih aman, seperti emas, di tengah ketidakpastian global,” kata Herditya, mengutip dari Liputan6
Meski demikian, pasar belum kehilangan harapan. Sejumlah analis percaya bahwa rebound masih mungkin terjadi apabila muncul data ekonomi positif dari Indonesia ataupun sinyal pelonggaran moneter dari Fed. Tekanan jangka pendek wajar dalam fase pasar yang sedang mencari keseimbangan.
Bagi para pelaku pasar, momentum ini menjadi ujian kecermatan: kapan harus masuk kembali, dan sektor apa yang bakal unggul saat koreksi mereda.
Investor perlu selalu memantau berita makro global serta perkembangan fiskal dalam negeri agar tak terjebak dalam gelombang ketidakpastian. (clue)