Imbas Tarif Trump, Rupiah Sentuh Level Terendah Rp17.000/US$ di Pasar NDF

Ilustrasi nilai rupiah. Foto : Tempo

JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mengalami penurunan tajam. Menembus level Rp17.000/US$ di pasar non-deliverable forward (NDF).

Berdasarkan data dari Refinitiv, pada Minggu (6/4/2025) pukul 08:10 WIB, nilai rupiah tercatat pada posisi Rp17.059/US$. Menjadi titik terendah dalam sejarahnya.

Angka ini menunjukkan pelemahan signifikan daripada saat penutupan perdagangan terakhir sebelum libur Lebaran. Ketika rupiah berada di posisi Rp16.555/US$, menguat 0,12%. Tentu saja, angka ini mengindikasikan potensi pelemahan rupiah yang lebih besar di pekan-pekan mendatang.

Sebagai informasi, NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dengan jangka waktu tertentu dan patokan kurs yang spesifik. Pasar NDF sendiri tidak tersedia di Indonesia. Namun terdapat di pusat-pusat keuangan global seperti Singapura, Hong Kong, New York, dan London.

Meski demikian, pasar NDF sering kali memengaruhi psikologi pasar spot. Sehingga pergerakan di pasar NDF sering kali diikuti oleh pasar spot.

Tarif Trump: Indonesia Terjerat Dalam Perang Dagang

Tarif Trump dan nilai rupiah. Foto : AFP

Ketidakpastian global yang timbul karena kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump semakin terasa, dan Indonesia menjadi salah satu korban dalam perang dagang ini. Indonesia kini berhadapan dengan tarif resiprokal hingga 32% akibat defisit perdagangan AS dengan Indonesia yang terus membengkak.

Dampak dari kebijakan ini diperkirakan akan sangat besar, mengingat harga barang Indonesia yang masuk ke pasar AS akan semakin mahal. Hal ini tentunya akan mempengaruhi daya saing produk Indonesia di pasar AS. Dimana konsumen lebih cenderung memilih produk lokal ketimbang impor dari Indonesia. Jika situasi ini terus berlanjut, Indonesia akan mengalami penurunan suplai dolar AS, yang tentu saja akan memberi tekanan lebih lanjut pada nilai tukar rupiah.

Bank Indonesia Komitmen Jaga Stabilitas Nilai Rupiah

Bank Indonesia (BI) mengonfirmasi bahwa mereka terus memantau perkembangan pasar keuangan global dan domestik setelah pengumuman kebijakan tarif Trump pada 2 April 2025 lalu. Tentunya hal itu akan mempengaruhi nilai tukar rupiah.

Kepala Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso, menjelaskan bahwa pasca-pengumuman tersebut, ditambah dengan langkah balasan tarif oleh China pada 4 April 2025, pasar mengalami dinamika yang cukup besar.

Pasar saham global menunjukkan pelemahan, sementara yield US Treasury turun ke level terendah sejak Oktober 2024.

“BI tetap berkomitmen untuk menjaga kestabilan nilai tukar rupiah, terutama melalui optimalisasi instrumen triple intervention (intervensi di pasar valas pada transaksi spot dan DNDF, serta SBN di pasar sekunder) dalam rangka memastikan kecukupan likuiditas valas untuk kebutuhan perbankan dan dunia usaha serta menjaga keyakinan pelaku pasar,” ujar Ramdan dalam keterangannya mengutip CNBC, Sabtu (5/4/2025).(clue)

Baca juga : https://cluetoday.com/dampak-tarif-resiprokal-as-saham-anjlok-tekanan-industri-tekstil-hingga-ancaman-bagi-pekerja-indonesia/

Follow kami : https://www.instagram.com/cluetoday_?igsh=MWU2aHg0a3g2dHlvdg==

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *