Kasus Vina Dongkrak Jumlah Berita Hoaks Kriminal Hingga 1000 Persen di Cirebon

CIREBON – Kasus pembunuhan dan pemerkosaan yang dialami Vina Dewi Arsita dan Muhammad Rizky (Eky) kembali ramai diberitakan publik usai kisahnya diangkat dalam film layar lebar. Namun, kasus tersebut juga mendongkrak jumlah berita hoaks yang tersebar di Corebon.

Ketua Relawan Teknologi Informasi dan Komunikasi (RTIK) Kabupaten Cirebon, Akhmad Rofahan mengatakan, kasus Vina membuat jumlah berita hoaks di Cirebon meningkat 1.000 persen pada bulan ini.

Rofahan yang juga pengurus Kabupaten Cirebon Saber Hoaks memaparkan, biasanya laporan atau identifikasi kasus hoaks di Cirebon setiap bulannya, hanya sekitar 1-3 kasus saja.

“Hoaks yang sumber informasinya dari Cirebon, biasanya hanya berkisar 1-3 kasus dalam tiap bulannya,” kata Rofahan pada Senin 20 Mei 2024.

Bahkan, berita – berita hoaks tersebut lebih mengarah kepada unsur penipuan seperti penyalahgunaan nomor telepon pejabat, atau lowongan pekerjaan yang fiktif dan merugikan masyarakat.

Dalam dua minggu terakhir, menurut Rofahan hoaks di Cirebon didominasi dengan hoaks yang bersumber dari kasus kriminalitas.

Hal tersebut dikarenakan dalam waktu berdekatan, ada sebanyak tiga kasus besar yang cukup menggegerkan publik, yaitu penemuan mayat di Desa Tegalgubug Lor, penemuan mayat di kos Kedawung dan kasus pembunuhan Vina.

Tiga kasus ini cukup memiliki andil besar dalam meningkatnya informasi hoaks di Cirebon dalam dua minggu terakhir.

Ia menyebut, hampir ada sebanyak 40 informasi hoaks yang bersumber dari peristiwa di Kabupaten Cirebon, yang akhirnya tersebar di level lokal maupun nasional.

“Kasus penemuan mayat di Tegal Gubug, banyak info liar yang disebarkan oleh masyarakat, bahwa penyebabnya karena hamil dan dibunuh. Namun ternyata salah,” kata Rofahan.

Informasi hoaks yang paling banyak, bersumber dari kasus pembunuhan Vina yang terjadi pada tahun 2016 silam. Hal ini kata Rofahan, dikarenakan banyaknya masyarakat yang mengutarakan asumsinya melalui media sosial.

Fatalnya, asumsi-asumsi yang dipublikasikan itu, banyak yang dimakan mentah-mentah oleh Netizen, dan kemudian dibagikan ulang, seakan-akan informasi tersebut adalah fakta.

Tidak sedikit juga, netizen yang menggunakan ilmu cocokologi, untuk ikut berupaya mengungkap kasus ini. Hal tersebut, membuat banyak warga lainnya yang menjadi korban.

“Contohnya, banyak akun dengan nama Egi,dipublikasikan oleh netizen dan dianggap sebagai pelaku yang DPO,” ujar Rofahan.

Pemberitaan Hoaks tersebut juga mengarah dengan menyerang akun personal. Sehingga, menurut Rofahan, pemilik akun yang dikaitkan dengan nama – nama yang ada pada kasus Vina menjadi tertekan.

“Sekarang banyak orang harus klarifikasi, karena namanya dikaitkan dengan kasua Vina,” ujar Rofahan.

Agar penyebaran hoaks ini tidak terus terulang, Rofahan meminta kepada masyarakat untuk lebih bijak lagi dalam menyebarkan informasi.

Ia juga menyarankan untuk tidak menyebut nama orang, nama akun atau lainnya jika hal tersebut masih berupa praduga yang belum tentu kebenarannya.

“Karena jika merasa dirugikan, bisa dilaporkan dengan menggunakan UU ITE,” kata Rofahan.

Rofahan mendorong Aparat Penegak Hukum (APH) untuk bisa segera mengungkap dan menyelesaikan kasus ini agar tidak menjadi lebih liar.

Karena menurut Rofahan, salah satu cara untuk bisa menyelesaikan penyebaran hoaks ini, yaitu dengan adanya kepastian hukum atas kasus tersebut.

“Kalau masalah ini bisa selesai, saya yakin penyebaram hoaks ini akan segera mereda,” pungkasnya.(clue)

By Redaksi

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *