SUBANG – Kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12% telah mempengaruhi berbagai aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Selain berdampak pada aktivitas sehari-hari, peningkatan PPN ini juga berpengaruh terhadap pembelian produk maupun layanan digital.
Dengan demikian, kenaikan PPN menjadi 12% akan membuat produk digital, seperti layanan streaming musik dan film, aplikasi, permainan (games) digital, serta jasa daring lainnya dari luar negeri yang memiliki kehadiran ekonomi signifikan dan memperoleh manfaat ekonomi dari transaksi di Indonesia, dikenakan perlakuan yang sama seperti produk konvensional atau produk digital serupa yang berasal dari dalam negeri.
Beberapa layanan digital yang dikenakan PPN 12% antara lain Netflix, Spotify, Disney+, Viu, Zoom, YouTube Premium, permainan daring, dan aplikasi layanan digital lainnya.
“Iya kena [PPN naik 12 persen], sama [baik Netflix, Spotify dan sejenisnya],” ungkap Suryo Utomo selaku Direktur Jenderal Pajak.
Selain itu, dengan diberlakukannya kenaikan PPN sebesar 12%, kemungkinan akan terjadi perubahan pada layanan streaming sesuai dengan paket yang dipilih, seperti kenaikan biaya antara Rp 500 hingga Rp 2.000 per bulan.
Kenaikan PPN sebesar 12% pada layanan streaming digital seperti Netflix, Spotify, Viu, dan platform lainnya tentu menimbulkan kecemasan di kalangan masyarakat, terutama Gen Z. Hal ini disebabkan oleh keterikatan yang sangat kuat antara Gen Z dan layanan streaming digital tersebut.
Namun, akibat kenaikan PPN 12% ini, Gen Z yang mengungkapkan akan mencari alternatif aplikasi lain.
“Menurut saya karena kenaikan itu saya jadi berpikir dua kali buat langgangan kaya Spotify juga jadi mungkin akan beralih ke aplikasi lain,” ungkap Dewi (21), mahasiswa Fikom Unsub.
Azis (23) yang sama – sama berlangganan spotify juga memikirkan untuk mencari aplikasi lain atau mencari aplikasi bajakan.
“Dari yang harganya 55.999 sampe jadi 61.500/bulan. Mending pindah ke apple musik ga sih, pantes banyak orang yang nyari Spotify Mod,” ungkapnya.(clue)
Cecep Muhamad Yusup