Subang–Calon Bupati Subang nomor urut 2, Reynaldy, mengungkapkan komitmen politiknya terhadap pemberdayaan seniman, musisi, hingga sineas Subang.
Menurutnya, para pegiat seni budaya dan industri kreatif di Subang belum mendapat porsi perhatian dari pemerintah daerah. Padahal, potensi kemajuan Subang dari sektor tersebut sangat besar. Namun belum dilirik oleh pemerintah sebelumnya.
“Salah satu keluhan mereka (Seniman) yang paling tertera itu tidak dapat lahannya ketika ada event-event di Subang. Entah itu event pemerintah bahkan ulang tahun Subang. Tadi Disinggung mereka hanya jadi penonton,” ungkap Rey, pada Minggu (13/10/24).
Dalam pidatonya pada Minggu (13/10/24), Reynaldy juga menyinggung tentang ketimpangan antara seniman dan musisi lokal dengan vendor luar dalam berbagai event yang diselenggarakan di Subang. Menurutnya, selama ini event-event besar di Subang justru lebih banyak diambil oleh vendor dari luar daerah, sementara para musisi dan seniman lokal hanya berperan sebagai pelengkap, bahkan seringkali tidak dilibatkan.
“Salah satu keluhan mereka adalah mereka tidak diberdayakan ketika ada event-event besar di Subang, baik event pemerintah maupun event ulang tahun Subang. Mereka hanya menjadi penonton,” ujar Reynaldy.
Ia menambahkan, sering kali vendor dari luar Subang yang memegang event di Subang. Namun pada akhirnya tetap menggunakan peralatan lokal. “Vendor luar itu tetap sewa alat-alatnya di sini juga. Ini yang harus kita atasi bersama. Bagaimana caranya para musisi dan seniman lokal bisa ikut serta dan tidak hanya jadi penonton di daerah sendiri,” ujarnya.
Reynaldy juga menyoroti pentingnya membangun ekosistem industri kreatif di Subang yang hingga saat ini masih terganjal. Ia mengaku heran mengapa potensi anak muda Subang yang kreatif belum dioptimalkan oleh pemerintah.
“Anak-anak muda Subang ini sangat kreatif. Mereka punya potensi luar biasa, apalagi di bidang event organizer dan vendor. Saya tidak ingin lagi melihat mereka diabaikan. Kalau nanti saya jadi Bupati, saya akan pastikan event-event di Subang, seperti ulang tahun Subang atau kegiatan dinas, diisi oleh mereka, bukan oleh orang luar,” tegasnya.
Reynaldy berkomitmen untuk menciptakan regulasi yang melindungi dan memberdayakan pelaku industri kreatif lokal. Ia juga berencana untuk berkolaborasi dengan Ketua DPRD Subang guna mendorong pembuatan Peraturan Daerah (Perda) tentang ekonomi kreatif dan kesenian.
“Saya sudah berbicara dengan Ketua DPRD Subang untuk membuat Perda ekonomi kreatif. Kita harus melindungi seniman dan pengusaha lokal, jangan sampai mereka terus terpinggirkan oleh pihak luar,” tutupnya.
Baim, salah satu musisi asli Subang, turut mengomentari tantangan yang dihadapi para musisi lokal selama lebih dari 15 tahun berkarya di kota tersebut. Menurutnya, kendala utama yang dihadapi adalah minimnya sarana dan prasarana yang tersedia untuk para musisi dalam menampilkan karya mereka, baik melalui event maupun showcase.
“Dari pengalaman yang saya alami dan pelajari selama ini, kesulitan utama adalah kurangnya fasilitas dan wadah bagi teman-teman di Subang untuk menunjukkan karya mereka, baik dalam bentuk event maupun showcase. Harapannya, ke depan pemerintah bisa lebih memperhatikan, terutama untuk teman-teman musisi kontemporer Subang, karena banyak dari mereka yang sudah membawa nama baik Subang di luar kota,” ujar Baim.
Ia berharap dukungan pemerintah tidak hanya dalam bentuk regulasi, tetapi juga penyediaan sarana dan wadah event yang lebih banyak.
Menurut Baim, selama ini komunikasi antara musisi dan pemerintah belum berjalan dengan maksimal, yang sebagian besar disebabkan oleh perbedaan gaya komunikasi antara para musisi dan birokrat.
“Jalur komunikasi belum terjalin dengan maksimal. Gaya komunikasi teman-teman musisi tentu berbeda dengan birokrat, dan itu yang membuat komunikasi belum berjalan harmonis,” terang Baim
“Ke depannya, saya berharap ada jembatan untuk mempertemukan dua pihak ini, sehingga harapan dan keinginan para musisi bisa dipahami dan diterima oleh pemerintah,” tambahnya.