Kronik Golkar, Elita dan Anomali Politik Subang

Elita Budiati (kiri) bersama Dedi Mulyadi (Tengah), dan Reynaldy Putra Andita (Kanan) di Lembur Pakuan, pada 2024 lalu. Foto: Ist.

Kehadiran Elita Budiati di Golkar selalu memberi kejutan. Gaya kepemimpinannya yang taktis, instingtif keibuan dan protektif terbukti membawa Golkar di puncak kemenangan politik.

Elita adalah orang kedua berlatar belakang PNS yang melepas baju dinas dan didaulat menjadi Ketua Golkar. Sebelumnya, Golkar Subang pernah dipimpin Rumanda. Di masa Rumanda yang juga berlatar PNS Subang, Golkar memutuskan mengusung Imas Aryumningsih sebagai calon wakil bupati berpasangan dengan Ojang Sohandi.

Ojang dan Imas resmi diusung dan memenangkan Pilkada 2013 dengan raihan 54 persen suara. Sekaligus pertama dalam sejarah Subang sejak Orde Baru, Golkar dan PDIP bisa berkoalisi.

Subang kemudian dilanda badai politik penangkapan Imas Aryumningsih oleh KPK pada 13 Februari 2018. Saat itu Imas tengah menjalani sisa masa jabatan bupati yang ditinggalkan Ojang karena tersandung kasus hukum.

Imas ditangkap KPK di rumah dinasnya, usai pengundian nomor urut kampanye Pilkada 2018. Bayangan kemanangan Imas-Starno hancur seketika. Sangat jarang pasangan yang sudah ditangkap KPK bisa memenangkan Pilkada.

Di momen kritis itu, Elita berlabuh di bawah beringin. Setelah sebelumnya mencoba bergabung PDIP. Dominasi Elita di Golkar tak lepas dari dukungan Dedi Mulyadi yang saat itu menjadi Ketua DPD Golkar Jabar.

Suasana Musdalub Partai Golkar Subang pada 2018. Foto: Tintahijau.

Elita memimpin tim, tetap mengawal pemenangan pasangan diusung Golkar. Sebab sudah masuk tahapan Pilkada, pasangan calon tidak bisa mundur. Elita membakar semangat kader. Sinergi dengan politisi senior di Golkar. Meski hasilnya pasangan Imas-Sutarno harus menyerah di Pilkada 2018, setidaknya sudah berjuang untuk tetap tegar.

Berkat kepiawaiannya membangun relasi, Elita akhirnya mendapat dukungan Dedi Mulyadi. Didaulat menjadi Ketua DPD Golkar Subang melalui musyawarah luar biasa (Musdalub) pada 3 Juli 2018 yang digelar di kantor DPD Golkar Jabar.

Pertarungan kedua dimulai. Usai kalah di Pilkada 2018, kini hidup-mati Golkar ditentukan di Pileg 2019. Sebab hasil Pileg ini yang akan menentukan pertarungan selanjutnya di Pilkada 2024. Tidak terlalu buruk, di Pileg 2019 justru suara Golkar naik. Berhasil menambah 2 kursi, dari sebelumnya 7 kursi menjadi 9 kursi DPRD.

Untuk memperkuat legitimasinya, Elita dipilih secara aklamasi pada 28 Juli 2020 di Gedung Panca Bhakti Golkar Subang. Dihadiri tokoh senior Golkar Dedi Mulyadi dan Ketua Golkar Jabar yang sudah berpindah tangan ke Ade Barkah.

Pilihan Golkar memang tepat. Saat sambutan pengukuhan itulah, Elita mengenalkan jargon Ngabret. “Harus ngabret mengejar banteng,” kata Elita. Maksudnya, Golkar harus mengalahkan PDIP yang sudah lama berkuasa di Subang.

Janji Elita terpenuhi, Golkar berhasil menjadi pemenang Pileg 2024. Mengamankan 10 kursi dan mendudukan kadernya Victor Wirabuana menjadi Ketua DPRD.

Sekaligus, mengamankan kursi DPR RI dari Dapil Sumedang Majalengka Subang (SMS). Elita Budiati terpilih menjadi kader Golkar Subang perempuan pertama yang melenggang ke senayan.

Elita Budiati sebagai Anggota Komisi I DPR RI. Foto: Fraksi Golkar.

Lalu, pertarungan ketiga yang lebih sengit dimulai. Elita harus memenangkan Pilkada 2024. Ia diberi mandat DPP Golkar memutuskan dirinya atau putranya Reynaldy yang akan diusung Golkar Subang. Surat mandat DPP menuliskan dua nama tersebut yang boleh diusung di Pilkada 2024.

Tak ada protes dari internal, kondusif. Sebab Elita sudah banyak membuktikan janji politiknya. Elita yang populer dipanggil Bunda, kini sudah menjelma menjadi politisi ulung. Keputusan besar pun diambil: mengusung Reynaldy Putra Budi Raemi sebagai calon bupati.

Langkah berani menantang incumbent Ruhimat. Lalu Elita membetot Agus Masykur dan gerbong PKS untuk berkoalisi. Secara mengejutkan, PDIP pun turut merapat, mengusung pasangan Reynaldy-Agus Masykur yang disebut pasangan Religius.

Momen pengumuman hasil Quick-Count pada Pilkada Subang 2024. Foto: Cluetoday.

Jeger! bak petir di siang bolong. Pasangan incumbent Ruhimat-Aceng Kudus pun runtuh. Tak kuat menghadapi pasangan Religius yang didukung tiga partai besar: Golkar-PDIP-PKS.

Tiga anomali politik terjadi di Subang. Pertama, pasangan petahana tumbang. Kedua, wakil bupati rela menjadi wakil bupati lagi. Ketiga, Golkar memimpin eksekutif dan legislatif. Sebuah kronik politik yang pernah terjadi di era Eep Hidayat dan PDIP. Di rentang waktu tahun 1999 hingga 2013. Kini seperti diputar ulang dengan aktor yang berbeda.

Tidak berlebihan, jika anomali politik itu terjadi berkat kalkulasi, soliditas tim dan jangan diremehkan: insting kuat keibuan dan kepemimpinan perempuan Bunda Elita Budiati.

Golkar sudah kembali mekar di Subang. Jika dirawat dan terus dipupuk bisa mengakar. Kekuasaan jika digunakan dengan baik bisa mewujudkan kesejahteraan rakyat. Selamat ulang tahun ke-61 Partai Golkar. Ngabret!

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *