Memperkuat Daya Tarik Subang (3)

Apakah Subang punya daya tarik agar orang datang, berwisata dan menginap di hotel?

Tentu banyak cara bisa dilakukan. Setidaknya dalam hal ini kita harus berguru ke Banyuwangi. Dari daerah yang awalnya kental dengan sebutan kota santet, menjadi daerah dengan beragam julukan seperti The Rise of Java, Bumi Blambangan, Kota Osing, Kota Seribu Destinasi dan Kota Gandrung.

Perubahan citra positif itu berkat kerja keras Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Annas selama dua periode (2010-2015 dan 2016-2021). Ia berhasil mengubah wajah Banyuwangi. Bahkan menjadi destinasi wisata dan budaya internasional. Setiap tahun digelar festival budaya. Orang masih ingat bagaimana tarian Gandrung di pesisir pantai memikat wisatawan internasional.

Azwar Annas punya pemikiran: pemerintah harus berupaya agar masyarakat punya uang. Dari berbagai program pemerintah. Dari pertunjukan dan pariwisata, maka hotel hidup, pedagang banjir pembeli, kredit UMKM tumbuh, anak muda berkreasi, dan tentu pajak dan retribusi pun meningkat.

Tak hanya pertunjukan, Azwar Annas menyulap fasilitas-fasilitas publik jadi lebih indah dan bersih. Ia gandeng arsitek-arsitek nasional. Tidak selalu mahal, itulah pentingnya kolaborasi. Mereka bahkan rela dibayar setengah dan setengahnya lagi untuk pengabdian dan sejarah. Arsitek ingin punya sejarah telah mengubah wajah Banyuwangi.

Untuk menterjemahkan budaya ke dalam arsitektur, Azwar Annas membuat perbup khusus. Setiap bangunan harus mengandung makna budaya suku Osing. Itulah suku asli Jawa yang menempati dan cikal bakal lahirnya Banyuwangi. Maka para arsitek menterjemahkannya ke dalam detil pembangunan.

Lihatlah hasilnya, PAD bisa melonjak 100 persen. APBD surplus. Pendapatan per kapita warga naik tajam. Banyuwangi pun menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru. Hingga saat ini.

Di era keterbatasan anggaran dan tingginya harapan publik atas kinerja pemerintah, kita harus benar-benar mengenali potensi sumber daya dan budaya kita. Apa originalitas dan otentisitas Subang. Apa unique selling Subang. Sektor mana yang paling penting untuk ditingkatkan dan perlu daya dukung maksimal.

Dari sektor wisata, Subang punya banyak air terjun dan area perbukitan yang luas dan indah. Apa yang perlu kita perkuat untuk destinasi tersebut? Misalnya membuat destinasi yang terintegrasi dengan layanan jeep offroad dari Subang kota menuju air terjun. Disediakan layanan wellcoming guest dan fasilitas tourist center.

Bisa juga dipaketkan dengan layanan  wisata sejarah. Sebab di Subang banyak destinasi wisata seperti jejak Jepang menyerah di Kalijati, jejak pertempuran Belanda di Ciseupan, Tanjungsiang, hingga jejak kejayaan perusahaan Pamanoekan and Tjiasem Land (P&T Land) yang sudah mengekspor hasil alam Subang ke seluruh dunia. Sebagian pabrik teh jejak peninggalan P&T Land yang dioperasikan PTPN masih beroperasi hingga saat ini.

Sedangkan sektor kuliner seperti gula aren khas Subang, pepes ikan, opak-ranginang, dodol dan buah-buahan khas Subang seperti nanas, duren, kopi, bisa dikemas menjadi ciri khas oleh-oleh Subang. Untuk memperkenalkannya bisa dilakukan dalam kemasan pertunjukan maupun festival. Misal festival duren Bunihayu, festival nanas si madu, kopi Bukanagara, dengan dimeriahkan sisingaan dan parade budaya.

Tak kalah menarik tradisi dari Pantura. Warga pesisir sudah rutin menggelar ruwat laut. Bisa dikemas lebih meriah dengan pameran hasil tangkapan ikan. Mengedukasi anak-anak betapa kaya lautan Subang. Sekaligus mengkampanyekan gerakan makan ikan.

Pelibatan seniman, budayawan, pakar kuliner, pelaku UMKM, desainer, arsitek, sejarawan dan kurator pertunjukan bisa menghasilkan wajah baru Subang yang lebih berkarakter. Tak kalah penting, upaya promosi dan gelaran pertunjukan yang berkelanjutan sangat diperlukan. Subang Fest yang kini rutin digelar dan digagas Bupati Subang Reynaldy bisa menjadi embrio pertunjukan budaya dan helaran yang lebih besar.

Di tengah kehidupan yang serba cepat, terpaan banjir infomasi digital, menyelami ke masa lalu bisa menjadi refleksi yang menenangkan. Subang bisa menyajikan pengalaman itu. Kekayaan budaya, seni tradisi, sejarah dan keindahan alam hadir secara bersamaan.

Lihatlah bagaimana Prancis membranding diri sebagai kota romantis, Mesir dan Timur Tengah menawarkan kekayaan sejarah Islam, Vietnam bangkit dengan wisata alam dan pertanian yang mengejutkan. Tembok besar, kuil, candi, menara, istana, kastil dan berbagai peninggalan sejarah kuno selalu memikat dan membuat penasaran. Tinggal bagaimana mengemas cerita dan menyajikannya.

Ditulis oleh: Lukman Nurhakim, Direktur Utama Perumda Tirta Rangga Subang.

Artikel ini bagian 3 dari 6 seri artikel #UrunGagasan #BagianDariSolusi yang tayang setiap hari. 

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *