JAYAPURA – Kampung Tobati, tersembunyi di Distrik Jayapura Selatan, Papua, muncul sebagai destinasi wisata yang memikat dengan keunikan alam dan kebudayaannya.
Nama “Tobati” sendiri merujuk pada kata “tab” yang bermakna matahari dan “badic” yang berarti naik atau terbit.
Suku Tobati, penjaga tradisi di kampung ini, mempercayai bahwa leluhur mereka menyatu dengan alam, dan matahari dianggap sebagai Tete Manis atau Yang Maha Kuasa.
Terletak di Teluk Youtefa, Kampung Tobati mengundang wisatawan untuk mengeksplorasi pesona alamnya. Mulai dari ekowisata bakau, mengunjungi situs prasejarah, hingga mencicipi kuliner khas, semua dapat dinikmati di sini.
Dalam berbagai jenis rumah di kampung ini, dari permanen hingga temporer, tergambar keberagaman kehidupan masyarakat Tobati.
Rumah-rumah temporer, seringkali dibangun untuk kebutuhan mendesak, mencerminkan keterampilan dan kebijaksanaan dalam menghadapi kondisi darurat.
Tobati, sering disebut sebagai kampung nelayan, memperlihatkan kehidupan yang berdampingan dengan laut. Rumah-rumah di atas air menciptakan pemandangan menakjubkan, menjadikan Tobati dikenal sebagai kampung terapung.
Meski begitu, kehidupan masyarakat Tobati tidak hanya bergantung pada laut. Mereka juga aktif dalam budidaya sayur, bunga, dan buah secara hidroponik.
Pot-pot sayur dan buah di halaman rumah akan menjadi pemandangan di kampung Tobati, menggambarkan keberagaman dalam sumber daya masyarakat.
Kuliner khas Tobati, seperti bio noor dan fodfod, membuka jendela petualangan rasa bagi para pengunjung. Bio noor, merupakan siput cangkang putih, dan fodfod adalah olahan singkong bulat, yang menyajikan pengalaman kuliner yang autentik dan berbeda.
Uniknya, bio noor diambil dari Hutan Perempuan di sekitar Teluk Youtefa, tempat hanya kaum perempuan yang berhak mengaksesnya. Ini menciptakan dinamika gender yang menarik, di mana perempuan memiliki peran sentral dalam merawat lingkungan dan menjaga keberlanjutan sumber daya hayati.
Di samping keindahan alam dan kuliner, Tobati juga menawarkan warisan budaya yang kaya. Bangunan rumah adat Kariwari, dengan bentuk limasnya yang megah, menjadi saksi sejarah sebagai kantor kepala adat.
Sementara rumah adat Sway memberikan gambaran kehidupan sehari-hari dengan ruangan kamar tidur, ruang tamu, dapur, dan halaman belakang yang terorganisir.
Jangan lewatkan Situs Prasejarah Gunung Srobu, dengan kondisi alamnya yang berkontur, menyimpan jejak peradaban manusia prasejarah.
Menhir, dolmen, punden berundak, dan arca berukir motif manusia, semuanya menjadi saksi bisu dari kejayaan masyarakat Srobu pada abad ke-3 atau ke-4.
Sebuah perjalanan ke Kampung Tobati Jayapura bukan hanya sebuah petualangan alam, tapi juga menggali kekayaan budaya dan sejarah yang tersembunyi di sudut timur Indonesia.(Clue)