Pemkot Cirebon Tingkatkan Kapasitas Guru Ngaji untuk Bentuk Generasi Berakhlakul Karimah

Wakil Wali Kota Cirebon menyampaikan sambutan pada Workshop Peningkatan Kapasitas Guru Ngaji di Islamic Centre Kota Cirebon, Dokumentasi By Beni Agus Pratama

CIREBON — Pemerintah Kota Cirebon menempatkan pembangunan karakter sebagai fondasi utama pembangunan sumber daya manusia.

Pemerintah menilai kecerdasan intelektual perlu berjalan seiring dengan penguatan nilai akhlakul karimah sejak usia dini.

Komitmen tersebut tercermin melalui Workshop Peningkatan Kapasitas Guru Ngaji dan Penyerahan Stimulan Insentif Guru Ngaji Tahun 2025.

Selain itu, kegiatan tersebut berlangsung di Gedung Islamic Center At-Taqwa, Kamis (18/12/2025).

Workshop menjadi ruang strategis memperkuat peran guru ngaji dalam pembinaan moral dan karakter generasi muda.

Guru ngaji memegang peran penting dalam menanamkan nilai keislaman yang moderat, toleran, dan berlandaskan akhlak.

Wakil Wali Kota Cirebon Siti Farida Rosmawati menyampaikan apresiasi atas dedikasi para guru ngaji.

Ia juga menilai konsistensi guru ngaji menjaga benteng moral anak-anak sangat penting menghadapi dinamika sosial yang berkembang.

“Di tangan Bapak dan Ibu sekalian, karakter generasi muda Kota Cirebon dibentuk agar tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki akhlakul karimah yang kokoh sebagai bekal menghadapi masa depan,” ujarnya.

Lebih lanjut, Siti Farida menyoroti tantangan disrupsi digital dan krisis literasi Al-Qur’an pada anak-anak. Arus informasi media sosial membuat anak semakin dekat dengan gawai dalam kehidupan sehari-hari. Kondisi tersebut berpotensi mengurangi kedekatan anak dengan nilai-nilai Al-Qur’an.

Peningkatan Kompetensi Guru Ngaji dan Insentif Perkuat Pembinaan Keagamaan Berbasis Kelurahan

Wakil Wali Kota Cirebon bersama jajaran LPTQ dan narasumber berfoto usai pembukaan Workshop Peningkatan Kapasitas Guru Ngaji Dokumentasi By Beni Agus Pratama

Metode pembelajaran Al-Qur’an perlu menyesuaikan perkembangan zaman dan karakter generasi digital.

Selain itu, peningkatan kapasitas guru ngaji juga menjadi kebutuhan mendesak dalam menghadapi tantangan tersebut. Pembelajaran Al-Qur’an perlu tampil inovatif, interaktif, dan menyenangkan bagi peserta didik.

Pendekatan kontekstual juga penting untuk menjelaskan nilai Islam yang inklusif dalam masyarakat majemuk.

“Pengajaran juga harus kontekstual, mampu menjelaskan nilai-nilai Islam yang rahmatan lil ‘alamin di tengah keberagaman masyarakat Kota Cirebon,” tambahnya.

Terkait stimulan insentif, pemerintah mengakui nilainya belum sebanding dengan dedikasi guru ngaji.

Namun, insentif tersebut menjadi bentuk kehadiran dan pengakuan pemerintah daerah.

Pemerintah berharap insentif tersebut memberi semangat bagi para pejuang Al-Qur’an tingkat kelurahan.

“Melalui sinergi antara Pemerintah Kota Cirebon dan LPTQ, kegiatan ini diharapkan mampu memperkuat pembinaan keagamaan di tingkat kelurahan, sekaligus mendukung visi pembangunan Kota Cirebon yang berkarakter religius, inklusif, dan berkelanjutan,” harapnya.

Ketua Harian LPTQ Kota Cirebon Ahmad Yani menjelaskan tujuan pelaksanaan workshop tersebut.

Workshop ini bertujuan meningkatkan kualitas dan kapasitas guru ngaji pada setiap kelurahan.

Kegiatan ini juga memperkuat Gerakan Masyarakat Maghrib Mengaji agar berjalan lebih terorganisasi.

Program tersebut mendukung pembinaan keagamaan yang berkelanjutan berbasis masyarakat.

“Workshop ini diikuti oleh 66 peserta, dengan masing-masing kelurahan mengirimkan tiga orang perwakilan dari 22 kelurahan. Materi disampaikan oleh beragam narasumber yang kompeten, sekaligus menjadi bagian dari upaya menjaring potensi qori dan qoriah dari masyarakat Kota Cirebon,” jelas Ahmad Yani. (clue)

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *