Subang–Diluncurkan sejak 2021, program Petani Makmur yang diinisiasi PT Pupuk Indonesia mulai menampakkan hasilnya. PT Pupuk Indonesia yang merupakan holding BUMN bidang produksi pupuk itu, bertujuan membangun ekosistem pertanian dari hulu hingga hilir.
Hal itu disampaikan Direktur Pemasaran PT Pupuk Indonesia, Tri Wahyudi Sholeh, pada acara Safari Makmur Pupuk Indonesia
Panen Raya Komoditas Padi dan Silaturahmi bersama Petani Makmur, di Compreng, Subang, Senin (21/10/24) pagi.
Program Petani Makmur melibatkan beberapa BUMN. Seperti PT Pupuk Indonesia melalui anggota holdingnya, seperti Pupuk Kujang, Petrokimia Gresik, Pupuk Iskandar Muda, Pusri, Pupuk Kaltim, menyediakan pupuk dan pestisida. Selain itu, penyediaan benih berkualitas dilakukan Kementerian Pertanian.
“Bulog memiliki tugas menyerap beras atau gabah saat panen. Petani juga diberikan asuransi dari Askrindo. Supaya menjaga dari gagal panen atau gagal tanam,” ucap Tri.
Tak hanya itu, penggunaan teknologi seperti drone juga diterapkan. Drone tersebut dilengkapi sensor yang mampu membaca kondisi tanaman dan kualitas lahan. Selain itu, membantu efisiensi kerja petani.
Pada tahun ini, luas lahan yang mendapatkan program Petani Makmur, ditargetkan mencapai 500 ribu hektar di seluruh Indonesia. Terkait ketersediaan pupuk, Tri menyebut stok pupuk aman. Tinggal para petani mengajukan pembelian dan mendaftar sesuai prosedur.
“Kedepan untuk Indonesia akan meningkatkan pelayanannya. Hari ini kami membagikan alat uji tanah untuk tanah sawah dan tanah kering,” terang Tri.
Sementara itu, Direktur Pupuk dan Pestisida Kementerian Pertanian RI, Jekvy Hendra, mengungkapkan, Kementan RI berhasil menaikan dari 4,5 juta ton menjadi 9 juta ton. Dengan melimpahnya stok pupuk tersebut, dirinya menjamin tidak ada permasalahsn pupuk langka di petani.
“Artinya sudah tidak ada lagi permasalahan pupuk yang menjadi problem untuk seluruh lapisan masyarakat,” ungkapnya.
Namun, angka tersebut dinilai belum ideal dari kebutuhan 23 juta ton. Jekvy menyebut, baru komoditas utama seperti Padi, Jagung, Kedelai, Cabai, Bawang Merah, Bawang Putih, Kopi, Tebu, dan Kakao, yang menjadi prioritas penggunaan pupuk bersubsidi.
Kementan menemukan masalah petani kesulitan pupuk, bukan karena langka stok. Namun belum terdaftar dalam Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok Tani (RDKK).
Dirinya mengajak para petani segera mandaftarkan identitasnya di RDKK, agar bisa menerima pupuk subsidi.
“Ini adalah keuangan negara yang harus kita input di RDKK. Hanya modal KTP daftarkan, maka mempunyai hak berapa kali mau dipakai mau dilakukan, dua kali penanaman tiga kali penanaman,” tambahnya.