BANTEN — Menteri Lingkungan Hidup (LH) Hanif Faisol Nurofiq mengungkap temuan mengejutkan terkait paparan radiasi ekstrem di kawasan industri Modern Cikande, Kabupaten Serang, Banten.
Berdasarkan hasil pemeriksaan Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) dan tim lintas kementerian, petugas temukan satu titik yang terpapar radiasi hingga 33.000 mikrosievert per jam, atau sekitar 875 ribu kali lipat dari batas aman radiasi alamiah.
“Temuan ini bukan hal biasa. Di satu titik kami mencatat radiasi mencapai 875 ribu kali lipat dari radiasi latar belakang normal. Ini ancaman serius bagi keselamatan lingkungan dan manusia,” ujar Hanif Faisol Nurofiq dalam konferensi pers di Serang, Selasa 15 Oktober 2025.
Menurut Hanif, sumber radiasi berasal dari kontaminasi radioisotop Cesium-137 (Cs-137), zat yang biasa ada pada limbah industri logam berat.
Dugaan sementara, material terkontaminasi Cs-137 berasal dari skrap besi impor yang masuk ke kawasan industri tanpa pengawasan ketat. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat sembilan pekerja di kawasan industri tersebut positif terpapar Cs-137.
Meski demikian, seluruhnya dalam kondisi stabil dan sudah mendapatkan perawatan medis.
“Berdasarkan hasil pemeriksaan Whole Body Counting, paparan Cs-137 terdeteksi pada sembilan pekerja. Namun tidak ada gejala klinis berat. Mereka telah diberi terapi penanganan khusus dan dipulangkan, tetap dalam pemantauan intensif,” jelas dr. Laksmi Widyastuti, juru bicara Kemenkes bidang kesehatan lingkungan.
Pemerintah memastikan semua pekerja dan warga sekitar kawasan terpapar mendapatkan pemeriksaan lanjutan serta pendampingan medis jangka panjang.
Sebagai langkah tanggap darurat, pemerintah membentuk Satuan Tugas Penanganan Radiasi Cikande, melibatkan Kementerian Lingkungan Hidup, Bapeten, BRIN, dan unsur TNI-Polri. Lebih dari 100 personel Brimob KBRN dan satu peleton Zeni Nubika TNI AD turun untuk melakukan sterilisasi dan pemetaan zona kontaminasi.
“Kami sudah menutup area inti dan membuat peta radius paparan. Semua aktivitas industri di sekitar titik temuan dihentikan sementara,” kata Dr. Agus Budi Santoso, Deputi Pengawasan Bapeten.
Pemerintah Tegaskan Penelusuran Asal Radiasi dan Janji Tindak Tegas Industri Lalai

Pihaknya juga menegaskan tengah menelusuri jalur masuk bahan radioaktif tersebut. Dugaan sementara, limbah logam yang mengandung Cs-137 berasal dari luar negeri dan tidak melalui pemeriksaan radiologi di pelabuhan.
Menteri Hanif menegaskan, pemerintah tidak akan mentolerir kelalaian industri atau oknum yang terlibat dalam penyebab terjadinya kontaminasi.
“Kalau terbukti ada pelanggaran, baik dari pihak importir maupun pengelola kawasan, kami akan rekomendasikan sanksi hukum. Ini menyangkut keselamatan publik,” tegasnya.
Ia juga memastikan, langkah pemulihan akan dilakukan bertahap, mulai dari dekontaminasi tanah hingga monitoring udara dan air tanah di sekitar kawasan industri.
Sementara itu, warga sekitar mengaku khawatir dengan temuan tersebut. Beberapa di antara mereka mendesak pemerintah agar segera melakukan evakuasi terbatas. Kekhawatiran publik meningkat setelah muncul perbandingan dengan kasus radiasi di luar negeri, seperti insiden Chernobyl.
Menanggapi hal itu, Anggota Komisi VII DPR RI, Ir. Rendra Yudhanta, meminta pemerintah mengevaluasi total sistem pengawasan impor bahan logam.
“Kita harus pastikan alat deteksi radiasi di pelabuhan dan kawasan industri bekerja optimal. Jangan sampai kasus seperti ini terulang,” ujarnya. CEO Modern Cikande Industrial Estate, Rachmat Sutanto, turut buka suara.
Ia menyatakan pihaknya siap bekerja sama penuh dengan pemerintah untuk menuntaskan masalah ini.
“Kami mendukung penuh langkah pemerintah. Semua perusahaan di kawasan kami sudah diminta menghentikan aktivitas sementara sampai area benar-benar aman,” kata Rachmat melalui keterangan tertulis, Kamis 16 Oktober 2025.
Hingga kini, proses dekontaminasi masih berlangsung. Tim gabungan menargetkan pembersihan awal dan isolasi tanah terkontaminasi selesai dalam waktu dua minggu. Pemerintah juga berencana membuat pos pemantauan radiasi permanen di kawasan Cikande untuk memastikan tidak ada sisa paparan berbahaya.
“Kami tidak ingin tragedi lingkungan ini menjadi preseden buruk bagi dunia industri nasional. Semua pihak harus belajar dari insiden Cikande,” tutup Menteri Hanif. (clue)

