Rp 6,7 Miliar untuk Aset Animasi Murah? Film Merah Putih: One For All Jadi Sorotan

Foto : Tangkapan Layar Youtube

JAKARTA – Film animasi Merah Putih: One For All yang terjadwal akan tayang mulai 14 Agustus 2025 mendadak viral di media sosial. Sayangnya, bukan karena pujian, melainkan kritik pedas soal kualitas animasi yang dinilai rendah dan penggunaan aset siap pakai dari platform luar negeri.

Produser eksekutif Sonny Pudjisasono mengungkapkan bahwa biaya produksi film berdurasi 70 menit ini mencapai sekitar Rp 6,7 miliar. Namun, publik kian terkejut ketika mengetahui proses pembuatannya hanya memakan waktu kurang dari dua bulan, mulai sekitar Juni 2025 hingga awal Agustus 2025.

Kritik Netizen: “Mirip Game Lawas”

Tangkapan layar Trailer Film Merah Putih di kanal Youtube

Sejak trailer rilis pada 8 Agustus 2025 di kanal YouTube CGV Kreasi, warganet langsung membanjiri komentar. Mereka membandingkan kualitas animasinya dengan grafis game PlayStation 2, bahkan sinetron laga era 2000-an. Dialog, akting, dan gerakan karakter di nilai kaku serta minim emosi.

“Bendera pusaka kok diselamatkan dengan visual kayak tugas sekolah,” tulis seorang pengguna X dengan ribuan tanda suka.

Aset Karakter Pemain Film Merah Putih Dibeli Online

Penelusuran warganet mengungkap bahwa sebagian karakter dan latar belakang film ini dibeli dari platform seperti Reallusion dan Daz3D. Contohnya, karakter “Pak Lurah” dengan banderol USD 43,50 atau sekitar Rp 707 ribu di situs Reallusion. Beberapa latar, seperti “street of Mumbai”, juga di sebut-sebut berasal dari katalog Daz3D.

Temuan ini memicu pertanyaan publik: untuk apa pengeluaran dana miliaran rupiah jika aset kunci bisa beli dengan harga di bawah seratus ribu per item setelah diskon?

Tanggapan Sineas Senior

Sutradara Hanung Bramantyo menilai, pembuatan animasi berkualitas memerlukan dana jauh lebih besar dan waktu yang panjang.

“Budget 6M hanya sampai tingkat previs. Budget pembuatan film animasi minimal di 30-40 miliar dan memakan waktu 4-5 tahun,” ujar Hanung, Minggu (10/8/2025).

Menurut Hanung, jika proses singkat dan minim anggaran, hasilnya wajar bila menuai resistensi penonton.

Produser: “Senyumin Aja”

Menanggapi hujan kritik, produser Toto Soegriwo memilih santai.

“Senyumin aja. Komentator lebih pandai dari pemain. Banyak yang ambil manfaat juga, kan? Postingan kalian jadi viral,” ujarnya.

Toto menegaskan bahwa film ini merupakan langkah awal untuk menghadirkan animasi bertema nasionalisme, meski ia mengakui ada keterbatasan teknis.

Meski kontroversi tak terhindarkan, Merah Putih: One For All tetap mengusung pesan persatuan lewat kisah delapan anak dari berbagai budaya Indonesia yang berjuang menyelamatkan bendera pusaka menjelang upacara HUT RI.

Pertanyaannya, apakah pesan itu cukup kuat untuk menutup celah teknis yang sudah telanjur jadi bahan olok-olok warganet? (clue)

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *