Subang Menuju Kota Industri, Regulasi dan SDM Masih Tertatih

“Subang adalah perempuan cantik yang perlu mempercantik dirinya”

Merupakan sebuah analogi yang diungkapkan oleh Ketua Forum HR Subang, Asep Gunawan tentang bagaimana Subang dengan industri dan SDMnya.

Saat ini, Subang bahkan belum tahu bagaimana dia harus memoles kecantikannya yang saat ini semakin sexy di mata investor.

Menurut Asep, pesona Subang yang dewasa ini telah banyak dilirik perusahaan asing untuk membangun kerajaan bisnis industri harus dibekali dengan kesiapan yang matang. Baik dari segi Sumber Daya Manusia (SDM), Pendidikan, maupun regulasi pemerintahannya.

Bicara soal lapangan pekerjaan yang selalu dituntut oleh masyarakat, seharusnya tak lagi saling menyalahkan. Sebagai Human Resource (HR) sebuah perusahaan, ia membeberkan permasalahan lapangan pekerjaan. Bukan tidak ada tempat di perusahaan, melainkan bagaimana industri harus merekrut orang yang kompeten di bidangnya.

Subang yang saat ini diminati perusahaan sekelas BYD, perusahaan mobil listrik nomor 1 bukan tak membutuhkan tenaga kerja. Tapi mereka harus merekrut orang yang minimalnya bisa berbahasa mandarin.

Hal ini yang justru membutuhkan peran pemerintah. Sekolah dengan birokrasi panjangnya tentang penyesuaian kurikulum, haruslah dibantu dengan regulasi pemerintah daerah.

“Paling ngga berbahasa mandarin. Sudah sejauh mana pemerintah menyiapkan itu? Ada gak langkah kongkretnya?,” kata Asep kepada Cluetoday, Selasa (23/9/2025).

Subang Jangan Hanya Jadi Penonton

Asep menyadari bahwa masuknya berbagai perusahaan industri ke Kabupaten Subang dibarengi dengan kekhawatiran masyarakat yang hanya akan menjadi penonton.

Dari kacamata HR, ia juga memiliki nilai moral. Ia ingin masyarakat Subang ikut naik kelas dengan menambah soft skill. Sebagai contoh menguasai Bahasa mandarin yang kini disasar oleh perusahaan BYD.

“Kalo merekrut dari luar subang misalnya, itu resikonya jauh lebih besar. Misalnya, mereka gak betah di subang lah terus mereka keluar masuk perusahaan,” lanjut Asep.

Dari sisi pendidikan, Asep menyebut bahwa Forum HR mulai aktif untuk sharing dengan berbagai sekolah tentang bagaimana menyelaraskan kebutuhan industri dan kurikulum di sekolah.

“Kita coba pro aktif ke kampus – kampus. Yang seharusnya, sebenarnya pihak sekolah yang mencoba melakukan pendekatan dengan pihak industri,” kata Asep disela – sela acara Sinergitas HRD dan Disnakertrans Subang.

Ia menyebut, bahwa Forum HR selalu terbuka untuk terus mendorong masyarakat Subang sendiri untuk ikut survive dengan perubahan Subang yang tak lagi bisa dipandang sebagai kabupaten kecil di tanah pasundan. Lebih dari itu, Subang sudah mulai bertransformasi menjadi kota industri.

Lebih jauh, Asep mengharapkan pemerintah dapat hadir untuk memfasilitasi segala kebutuhan masyarakat. Mampu menciptakan regulasi yang pro industri yang dapat memberikan wi-win solution.

“Maka yang terbaik adalah bagaimana kita merekrut warga asli subang yang kompetisinya sesuai dengan kebutuhan. Maka pemerintah harus hadir melalui apa, komitmen. Komitmennya apa, regulasi. Coba bikin kebijakan atau regulasi yang memang itu pro industri. Yang memberikan solusi misalnya bantuan investasi, perijinan. Jangan sampai jadi sapi perah aja,” tuntut Asep.  

Asep kembali menekankan bahwa, kolaborasi merupakan kunci untuk bisa survive dengan kondisi Subang saat ini. Diperlukan peran aktif pemerintah, institusi yang pro aktif menyesuaikan kurikulum dan masyarakat subang yang siap memperkaya soft skillnya.(clue)

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *