Subang-Pembongkaran warung-warung di sepanjang Jalan Ciater memasuki hari ketiga pada Senin (11/08/25) siang.
Suasana haru dan tegang tak terelakkan, ketika sejumlah pedagang menangis melihat tempat usaha mereka diratakan alat berat.
Pantauan Cluetoday, dua unit alat berat dikerahkan untuk merobohkan bangunan milik para pedagang. Sejak pagi, petugas gabungan dari unsur kepolisian, Satpol PP, dan pihak terkait telah bersiaga di lokasi guna memastikan proses eksekusi berjalan sesuai rencana.
Namun, tak sedikit pedagang yang terlihat tak kuasa menahan emosi. Beberapa di antaranya bahkan pingsan setelah melihat bangunan yang menjadi sumber penghidupan mereka hancur dalam hitungan menit.
Salah satu pedagang, Emih, mengaku telah tujuh tahun mencari nafkah di lahan tersebut. Ia menceritakan, setiap hari dirinya membuka warung sejak pagi hingga malam untuk melayani pembeli, termasuk wisatawan yang melintas menuju kawasan wisata Ciater.
“Warung ini satu-satunya sumber penghasilan keluarga. Sekarang sudah rata dengan tanah,” ujarnya dengan suara bergetar sambil mengusap air mata.
Ia mengaku tidak tahu harus berjualan di mana lagi usai pembongkaran ini.
Meski demikian, beberapa pedagang mengaku belum mendapatkan kejelasan terkait relokasi pasca pembongkaran.
“Katanya bakal ada relokasi. Tapi gak tau kejelasannya,” lanjutnya.
Mereka berharap ada kebijakan dari pihak berwenang yang bisa memberi ruang bagi mereka untuk tetap berusaha tanpa melanggar aturan.
Hingga sore hari, proses pembongkaran berlangsung relatif lancar meski diwarnai sempat diwarnai tangis dari sejumlah pedagang.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, lahan yang menjadi lokasi berdirinya warung-warung tersebut merupakan aset milik PT Perkebunan Nusantara (PTPN).
Sekitar 561 pedagang di Kecamatan Ciater tersebar di tiga desa, yakni Desa Cisaat sekitar 207 pedagang, Desa Palasari 120 pedagang, dan Desa Ciater 234 pedagang, dilakukan pembongkaran.