JAKARTA — Pemerintah Indonesia semakin optimistis mencapai swasembada beras tahun ini. Keyakinan itu muncul setelah produksi beras nasional yang menembus 34 juta ton, sesuai target yang Kementerian Pertanian (Kementan) harapkan.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyampaikan bahwa peningkatan produksi ini menjadi bukti nyata kebangkitan sektor pertanian nasional.
Ia menegaskan, jika target tersebut tercapai, Indonesia dapat menghentikan impor beras dalam dua hingga tiga bulan ke depan.
“Produksi beras kita sudah mencapai 33 juta ton hingga September 2025, dan pada akhir tahun ditargetkan tembus 34 juta ton. Dengan capaian ini, kami optimis Indonesia bisa segera berhenti impor beras,” ujar Amran dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis 1 Oktober 2025.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi beras nasional sepanjang Januari–November 2025 menunjukkan tren positif.
Kenaikan produksi terjadi di beberapa daerah sentra, seperti Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, dan Sumatera Utara. Berkat perbaikan sistem irigasi, penggunaan benih unggul, serta dukungan pupuk bersubsidi yang lebih tepat sasaran.
Pemerintah juga mempercepat program optimalisasi lahan pertanian dan pengendalian alih fungsi lahan.
Selain itu, Kementan bekerja sama dengan Kementerian PUPR untuk memperbaiki lebih dari 30 ribu hektare jaringan irigasi di berbagai wilayah pada 2025.
Presiden Prabowo Subianto turut menegaskan bahwa swasembada beras adalah komitmen nasional yang harus segera terwujudkan.
Menurutnya, Indonesia memiliki sumber daya dan teknologi pertanian yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri tanpa bergantung pada impor.
“Kita tidak boleh lagi tergantung pada negara lain untuk kebutuhan pangan. Dengan kerja keras petani, dukungan pemerintah, dan inovasi teknologi, swasembada bukan lagi mimpi,” kata Presiden Prabowo saat menghadiri panen raya di Indramayu, Jawa Barat.
Meski produksi meningkat, pemerintah tetap mewaspadai sejumlah tantangan, terutama dampak cuaca ekstrem El Nino yang masih terasa di beberapa wilayah. Fluktuasi curah hujan berpotensi memengaruhi masa tanam dan produktivitas lahan.
Kepala Pusat Data dan Informasi Kementan, Benny Pasaribu, menyebutkan bahwa mitigasi telah siap termasuk bantuan asuransi usaha tani padi (AUTP) dan penyediaan pompa air untuk daerah terdampak kekeringan.
“Kami pastikan tidak ada lahan sawah yang gagal tanam. Semua petani tetap difasilitasi agar bisa menanam dan panen tepat waktu,” ungkap Benny.
Dengan pencapaian ini, Indonesia berpotensi mengakhiri impor beras pada awal 2026, sebagaimana terproyeksi oleh sejumlah analis pertanian nasional.
Selain mengurangi ketergantungan impor, capaian swasembada juga diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan petani melalui stabilitas harga gabah dan jaminan pasar.
Pemerintah pun menegaskan akan terus menjaga stok beras nasional melalui koordinasi antara Bulog, pemerintah daerah, dan BUMN pangan agar distribusi ke masyarakat tetap lancar.
Jika target produksi 34 juta ton berhasil tercapai sesuai rencana, maka 2025 akan menjadi tonggak sejarah baru bagi Indonesia dalam perjalanan panjang menuju kemandirian pangan nasional. (clue)