Terulang, Warga Depok Alami Kecelakaan Tragis Di Ciater

Jalan Raya Ciater Subang kembali menjadi lokasi tragedi naas yang menimpa rombongan siswa SMK Lingga Kencana Depok.

Bus yang ditumpangi siswa yang baru saja melakukan perpisahan tersebut terguling diduga akibat rem blong hingga kecelakaan maut pun sulit dihindari. Puluhan korban tergeletak berserakan. Lebih mengerikan lagi, beberapa bahkan tergencet dan sulit dievakuasi.

Kecelakaan terjadi pada Sabtu (11/5/2024) pukul 18.48 WIB. Proses evakuasi Korban selesai setelah lebih dari 2 jam hingga Pukul 21.00 WIB. Hingga malam, jumlah Korban meninggal mencapai 11 orang.

Warga Depok Kembali Jadi Korban

Kecelakaan yang menimpa warga Depok ini bukanlah yang pertama. Kecelakaan serupa pernah terjadi pada 4 tahun silam. Direktur Rumah Sakit Daerah (RSUD) Subang, dr. Ahmad Nasuhi menyebutkan ini merupakan kecelakaan berulang.

“Ini merupakan kejadian yang berulang di 2019. Dulu rombongan bidan juga dari Depok,” ungkapnya.

Bus pariwisata dari Perusahaan Otobus (PO) Purnama Sari pada Sabtu (18/1/2020) membawa 38 orang rombongan Kader Posyandu Kelurahan Bojong Kecamatan Cipayung Kota Depok mengalami kecelakaan maut.

Pelepasan Berujung Maut

Kecelakaan yang menimpa rombongan dari posyandu itu mengalami kecelakaan usai melakukan pelepasan pengurus posyandu dan pelantikan pengurus baru.

“Mereka ibu-ibu mau tamasya, katanya ke Gunung Tangkuban Parahu,” kata Ketua RT Kelurahan Pondok Terong, Depok, Syafrudin.

Semula bus mengantarkan rombongan ke lokasi wisata Gunung Tangkuban Perahu untuk selanjutnya kembali ke Depok.

Namun, bus mengalami kecelakaan hingga menewaskan 8 orang meninggal, 10 orang luka berat dan 20 orang luka ringan.

Belakangan diketahui, bus yang menewaskan rombongan bidan dari Depok tersebut ternyata telah dimodifikasi, kendaraan tidak seperti seharusnya.

Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Budi Setiyadi mengatakan data kendaraan yang tertera dalam STNK ternyata tidak sesuai dengan fisik kendaraan.

Serupa, kecelakaan yang menimpa rombongan SMK Lingga Kencana Depok pada Sabtu (11/5/2024) juga diakibatkan rem blong.

Diungkap oleh Aznal selaku Kepala Bagian Hukum dan Humas Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan (Kemenhub), bus Trans Putera Fajar bernomor polisi AD 7524 OG tidak memiliki Izin angkutan. Selain itu, uji berkala kendaraan juga telah kadaluarsa.

Pejabat Gubernur Jawa Barat, Bey Machmudin, mengimbau kepada perusahaan bus agar selalu rutin memeriksa kelaikan kendaraan dan memberikan pengemudi yang dalam keadaan fit bahkan apabila diperlukan dapat meminta bantuan kepolisian untuk memeriksa kelaikan kendaraan.

Masyarakat yang akan menggunakan bus untuk segala keperluan juga diharapkan mengecek kendaraan yang akan ditumpangi dengan meminta bantuan pihak kepolisian.

Mitos Tanjakan Emen

Rentetat kecelakaan yang terjadi di Ciater Subang kerap dikaitkan dengan adanya mitos tanjakan Emen. Hal mistis melekat pada nama jalan yang disebut – sebut menjadi penyebab banyaknya kecelakaan maut.

Peristiwa kecelakaan yang sulit dilupakan masyarakat bahkan terjadi pada 2018 lalu, sebanyak 27 orang tewas ketika mengalami kecelakaan di tanjakan Emen. Tak jarang, beberapa kecelakaan yang seringkali memakan korban juga terjadi dijalur tersebut dan dikaitkan dengan mitos yang beredar.

Nama Tanjakan Emen berasal dari seorang sopir oplet bernama Emen.

Ia merupakan orang pertama yang mengalami kecelakaan di jalur tersebut pada tahun 1969. Saat itu, ia sedang mengantarkan ikan asin dari arah Ciroyom menuju Subang. Oplet yang dikendarai Emen diduga mengalami rem blong dan terguling hingga terbakar. Konon, ia juga ikut terbakar bersama dengan oplet tersebut.

Usai tragedi nahas tersebut, berbagai rentetan kecelakaan mulai terjadi di Tanjakan Emen.

Monumen “Jangan Ikuti Jejak Kami

Namun, meski mitos tersebut banyak dipercaya masyarakat luas hingga luar Subang, warga Ciater juga tidak serta merta mempercayai mitos tersebut.

Sarman, Seorang warga Ciater juga menyebutkan bahwa penyebab banyaknya kecelakaan juga didasarkan atas hal yang logis. Sarman meluruskan berbagai spekulasi dan mitos yang selama ini berkembang luas soal penyebab kecelakaan.

Menurutnya turunan yang panjang, belokan yang curam dan ketidakhati-hatian yang menjadi pemicu kecelakaan maut di Tanjakan Emen.

Jalur yang cukup rawan, haruslah menjadi perhatian agar masyarakat lebih berhati – hati dalam mengemudi serta memeriksakan kembali kendaraan yang akan digunakan saat melintasi jalur tersebut.

Hingga saat ini, terdapat monumen Mobil rusak yang menjadi iKon jalan Raya Ciater.

Monumen itu bertulisan “Jangan Ikuti Jejak Kami, Utamakan Keselamatan”. Monumen tersebut dibangun dengan tujuan guna mencegah tragedi kecelakaan di jalan Raya Ciater.

Para pengendara diharapkan selalu mengingat rambu – rambu yang berlaku dan selalu berhati – hati.(Clue)

By Redaksi

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *