Subang–Duka mendalam menyelimuti Bandung Selatan. Seorang ibu bersama dua anaknya ditemukan meninggal dunia di sebuah kontrakan sempit di Kecamatan Banjaran.
Tak hanya tubuh yang tak bernyawa, polisi juga menemukan sepucuk surat wasiat yang ditulis ibu korban.
Ketua Kopri PMII Universitas Subang, Anastasya Anggraeni, menilai jadi tanda jeritan keputusasaan akibat tekanan ekonomi dan keterasingan sosial yang menjerat mereka.
Peristiwa tragis ini kembali menyingkap luka lama: betapa rapuhnya perlindungan negara terhadap kelompok rentan, khususnya perempuan dan anak.
Menanggapi hal ini, Anastasya menegaskan, tragedi tersebut bukanlah kasus pribadi semata, melainkan potret kegagalan sistemik.
“Seorang ibu tidak boleh dibiarkan bergulat sendirian dengan keterbatasan ekonomi dan sosial. Dua anak yang seharusnya dilindungi hak hidupnya justru meregang nyawa tanpa pernah merasakan hadirnya negara yang peduli,” ujarnya dalam pernyataan resmi, Sabtu (06/09/25).

Menurut Anastasya, perempuan sering terjebak dalam beban ganda: menopang rumah tangga di tengah himpitan ekonomi sekaligus menanggung stigma sosial ketika gagal bertahan.
Sementara anak-anak, yang mestinya tumbuh dalam kasih sayang dan jaminan kehidupan layak, justru terenggut oleh absennya negara.
“Kasus ini mengingatkan kita bahwa perlindungan sosial bukan hanya angka di laporan tahunan. Negara harus benar-benar hadir, memberikan jaminan kesejahteraan yang nyata bagi perempuan dan anak, bukan sekadar retorika,” tegasnya.
KOPRI Universitas Subang menyerukan agar pemerintah menempatkan perempuan sebagai subjek kebijakan, bukan sekadar objek program. Perlindungan anak juga harus menjadi prioritas utama, karena masa depan bangsa bergantung pada kehidupan mereka hari ini.
“Tragedi Banjaran adalah tanda peringatan keras. Jika anak-anak terus dibiarkan tumbuh dalam kerentanan, maka bangsa ini sedang kehilangan masa depannya,” tambahnya.
Peristiwa ini menambah daftar panjang kisah pilu yang menimpa perempuan dan anak.
Masyarakat diingatkan untuk tidak hanya berduka, tetapi juga mendesak pemerintah agar tragedi serupa tidak kembali terulang.
Untuk informasi, pada Jum’at (05/09/25), warga Kampung Cae, Banjaran, Kabupaten Bandung, digegerkan oleh penemuan tiga jasad di sebuah rumah kontrakan pada Jumat (5/9/2025) dini hari.
Ketiga korban, seorang ibu dan dua anaknya, ditemukan tidak bernyawa dengan kondisi yang memprihatinkan.
Kabid Humas Polda Jabar, Kombes Pol. Hendra Rochmawan, mengungkapkan, identitas korban adalah EN (34) dan kedua putrinya, AAP (9) dan AAP (11 bulan). Jasad mereka pertama kali ditemukan oleh YS, suami korban, saat ia pulang kerja sekitar pukul 04.00 WIB.
*Redaksi mengajak seluruh pembaca untuk lebih peka terhadap isu kesehatan mental di sekitar kita. Setiap kehidupan memiliki nilai dan harapan. Segera hubungi penyedia layanan jika anda membutuhkan pendampingan.